Mengintip Makna Tugu Zero Point Labuha, Kadis Perkim Halsel: Burung Bidadari Tidak Hanya di Halmahera

oleh -272 views

Porostimur.com, Labuha – Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman Kab. Halmahera Selatan, Maluku Utara Muksin Bendar, ST, M.Eng, menanggapi polemik mengapa pada Zero Point (ZP) Kota Labuha ditampilkan ikon burung Bidadari.

Ikon tersebut dimunculkan Pemkab Halsel untuk membuka kembali lembaran sejarah yang musnah di Halmahera Selatan, khususnya pulau Kasiruta dan Bacan, sekaligus menepis kesalahpahaman pengetahuan di kalangan masyarakat terhadap keberadaan burung Bidadari.

Berdasarkan keterangan tertulisnya yang diterima Porostimur.com, Senin (19/12/2022), Kadis Perkim Halsel Muksin Bander menjelaskan bahwa Burung Bidadari oleh publik secara umum menganggap burung ini hanya berada di Pulau Halmahera yang kemudian dipopulerkan dengan sebutan “Bidadari Halmahera”.

Kata Muksin Sangatlah keliru kalau dikatakan bahwa burung Bidadari hanya terdapat di Halmahera. Menurut BirdLife Internasional (2008), burung Bidadari merupakan salah satu dari 40 anggota suku Paradisaeidae.

Lanjutnya, sampai sekarang jenis ini dilaporkan keberadaannya di tiga pulau, yaitu Bacan, Kasiruta, dan Halmahera. Burung ini merupakan endemik Maluku Utara karena sebarannya terbatas (Sujatnika, 1995; Coates dan Bishop, 1997).

“Burung Bidadari adalah jenis burung pemakan buah dan hewan lain dan juga tidak bersifat monogami. Burung jenis ini umumnya menyebar cukup merata di semua tipe hutan, baik primer maupun sekunder, dataran rendah maupun dataran tinggi (Bashari, H., 2011)”, jelas Muksin

Baca Juga  Gempa M5,0 Guncang Labuha Halmahera Selatan, Tidak Berpotensi Tsunami

“Sedangkan Coates dan Bishop (1997) menyebutkan bahwa jenis ini menghuni di hutan primer dan perbukitan, dijumpai dipermukaan laut sampai ketinggian 1150 m untuk Bacan dan 1000 m di Halmahera”, tambahnya.

Menurut Bendar, Burung Cendrawasih itu selain berstatus endemik, memiliki pesona kecantikan sehingga tidaklah berlebihan bila disebut Bidadari. Perbedaan mencolok antara Jantan dan Betina pada burung ini adalah Mahkota. Pada burung Jantan terdapat mahkota berwarna unggu atau unggu pucat mengkilap sedangkan Betina tidak memiliki mahkota.

“Hal menarik lain dari burung dengan ukuran kurang lebih 28 cm ini adalah aktifitas display (menari) dan terbang (aerial) display dari individu Jantan di pagi hari dan sore hari ketika kehadiran individu Betina. Prilaku display merupakan prilaku Jantan dengan mengembangkan kedua sayapnya (biasanya tidak secara penuh terbentang), dengan mengkibas-kibaskan sayap secara cepat dan berulang”, tandasnya

Baca Juga  70% Pasukan Israel Mundur dari Gaza Utara, Brigade Al-Qassam Gempur Zionis di Selatan

Kata Muksin, Sedangkan prrilaku aerial display adalah individu jantan Bidadari yang melakukan terbang kecil sambil melakukan atraksi udara, yang mana individu jantan terbang dari pucuk pohon tempat bertengger sampai ketinggian sekitar 10 m, kemudian turun ke dahan yang sama namun seperti melayang sambil berputar-putar.

“Terkait dengan penempatan ikon Burung Bidadari pada Zero Point Kota Labuha, adalah untuk mengangkatkan kembali kearifan Halmahera Selatan yang telah dan atau sengaja dipunahkan. Adalah bahwa status penamaan Semioptera Wallacii oleh G.R. Gray dari Britsh Museum adalah Bidadari Bacan dan bukan Bidadari Halmahera,” ujarnya.

Maksin menuturkan, hal itu merujuk pada publikasi awal Bidadari Bacan yang tersebut dalam perjalanan Alfred Russel Wallace di Pulau Bacan pada Oktober 1858-April 1859, yang ketika berada di Bacan, Ali (asisten Wallace) yang berasal dari Melayu, memperoleh burung ini dari Kesultanan Bacan dan membawakan kepada Wallace dan oleh Wallace menyebutnya sebagai Bird of Paradise karena kecantikannya.

Lebih jauh Muksin mengatakan Hak atas nama Semioptera Wallacii adalah Bidadari Bacan. Hal ini diperkuat dengan publikasi Walter Goodfellow (1927), yang menyebutkan bahwa pada tahun 1926 telah melakukan perjalanan ke Halmahera dan setelah pencairan panjang melihat langsung burung Bidadari di daerah (ujung semenanjung timur Halmahera, Patani), dan menyatakan bahwa individu (burung Bidadari) yang dijumpai merupakan sub jenis yang berbeda dengan yang ditemukan oleh Wallace di Bacan.

Baca Juga  Kisah Nabi Idris Diutus untuk Keturunan Qabil yang Menyembah Berhala

Muksin bilang Terhadap hasil riset yang telah dilakukan maka ikon Zero Point dengan burung Bidadarinya tersebut adalah Bidadari Bacan (Semioptera Wallacii) dan bukan Bidadari Halmahera yang selalu didengung-dengukan dan segaja mempengaruhi opini masyarakat sehingga seakan-akan itu adalah hanya hak paten pulau Halmahera dan sangatlah tidak tepat kalau ikon Kota Labuha menggunakan burung Bidadari.

“Burung Bidadari Halmahera bukanlah Semioptera Wallacii karena tidak ditemukan oleh Alfred Russel Wallace, maka oleh Coates dan Bishop (1997) dalam laporan publikasinya menyebut Bidadari Halmahera dengan sebutan Semioptera Wallacea Halmaherae,” ulasnya. (Adhy)

Simak berita dan artikel porostimur.com lainnya di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.