Oleh: Tarmidzi Yusuf, Kolumnis
Anda tentu masih ingat dengan ucapan heroik, “Timbul tenggelam bersama rakyat”. Sambil gebrak-gebrak meja di Grand Sahid Jaya Hotel tahun 2019 silam. Penulis sendiri sempat hadir ketika Pak Timbul beretorika dengan berapi-api, ‘timbul tenggelam bersama rakyat’.
Bukannya timbul tenggelam bersama rakyat malah timbul tenggelam bersama kodok. Ikut nyemplung ke dalam gorong-gorong bersama kodok. Bahagia diatas penderitaan pendukungnya.
Pak Timbul tidak merasa bersalah ‘timbul bersama kodok’ dengan meninggalkan pendukung militannya di 2019. Malah bangga bergabung bersama kodok.
Padahal banyak yang menjadi korban jiwa. Harun Al Rasyid (15 tahun) salah satu korban tewas akibat rangkaian kerusuhan 22 Mei 2019 di depan Bawaslu, Jakarta.
Harun Al Rasyid adalah salah satu pendukung Pak Timbul di Pilpres 2019. Ia dari sekian jutaan rakyat menuntut keadilan, protes hasil pemilu. Apa yang terjadi? Dia tewas. Harun menjadi satu dari sembilan korban tewas akibat rusuh pascademo Pilpres 2019 di depan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Ia tertembak peluru tajam di bawah fly over Slipi, Jakarta Barat, pada 22 Mei.
Sampai hari ini tidak ada kejelasan. Pak Timbul tak terdengar sikapnya untuk membela pendukungnya termasuk Harun Al Rasyid.