Oleh: Isa Ansori, Kolumnis
BILA diminta satu kata untuk Anies Baswedan setelah diperiksa oleh KPK berkaitan dengan tuduhan kebencian oleh para pembencinya, maka satu kata itu adalah “keren”.
Mengapa Anies dikatakan keren, karena Anies menganggap KPK bukanlah lembaga yang patut dihindari kalau tidak berbuat salah. Anies tunjukkan integritas dan kewibawaannya datang ke KPK seorang diri dan hanya membawa map biru berisi dokumen yang digunakan untuk memberi penjelasan kepada KPK. Tak ada dalam kamus Anies untuk lari sebagaimana mereka yang selama ini diduga, begitu diundang untuk menjelaskan, lari tak tahu rimbanya, bahkan ada yang sampai tidak ketemu sampai sekarang.
Bagi Anies datang ke KPK ibarat sebuah reuni kembali dengan lembaga anti rasuah itu, karena Anies pernah menjadi arsitek yang ikut menyusun kode etik KPK.
Kalau tidak punya integritas, tidak akan mungkin Anies menjadi bagian penyusun kode etik KPK. Kedatangan Anies ke KPK ibaratnya adalah sebuah pesan kepada seluruh rakyat Indonesia bahwa Anies adalah orang yang tidak lari dari tanggung jawab. Dan ketika hasil pemeriksaannya, KPK tidak menemukan tindakan pidana, ini juga menjadi pesan bahwa Anies bersih.
Sehari setelah kedatangan Anies ke KPK, koran Kompas yang katanya media berintegritas, ternyata ketika membincang Anies dalam tulisannya, Kompas terjerembab dalam tindakan yang tidak mencerminkan sebagai media yang berintegritas. Kompas tak mampu membaca perasaan orang ketika dijadikan sebagai ilustrasi gambar terhdapa sebuah berita yang dia tulis.
