Cerpen Karya: Riska Yuliana
Panas terik matahari begitu menyengat, suara deru kendaraan saling bersahut-sahutan, kepulan asapnya menambah polusi udara disekitarnya. Ditengah itu orang-orang berlalu lalang kesana kemari, membawa koper mereka turun dari sebuah bus, menaiki angkutan umum lain untuk menuju ke tempat persinggahan masing-masing, dan masih ada diantara dari mereka yang duduk di kursi halte.
Aku sendiri sedang berdiri di depan halte bus sejak tadi. Membawa tas dan koper yang berisikan pakaian, uang, dan makanan ringan. Mataku memindai kesegala arah mencari-cari seseorang yang saat ini ingin kutemui. Tak berapa lama seseorang itu akhirnya datang lalu berjalan kearahku sambil tersenyum. Ia menepuk pundakku.
“Hai, kawan! Bagaimana perjalananmu dari Kebumen?”
“Alhamdulillah lancar, tapi semalam sempat mabuk perjalanan.” Jawabku singkat.
“Hha, Aldi… Aldi… dari dulu kalau kamu naik mobil selalu saja mabuk.” Ujarnya sembari menepuk pundakku.
Aku hanya tersenyum kecil lalu mengikutinya berjalan kearah sebuah motor yang terparkir di sudut halte. Lantas ia kemudian mengambil motornya dan membawaku pergi dari halte bus.
“Mas Damar, gimana sekarang kerjaannya masih lancar?” Tanyaku ketika motor sudah melaju pelan ke jalan raya.
“Alhamdulillah lancar-lancar saja, tapi beberapa bulan lagi kontrak saya habis di Jakarta. Kamu bisa kan jaga diri sendiri disini?”. Tanya Mas Damar kembali yang lalu menghisap puntung rokoknya sambil menyetir.
Aku mengangguk menyanggupinya karena mau tidak mau aku harus bisa berbaur dengan lingkungan dimana aku dituntut untuk keluar dari zona nyaman. Dahulu aku masih bisa bersenang-senang di kampung halaman, menikmati canda tawa dan kasih sayang bersama keluarga dirumah. Aku merasa sangat santai, tidak memikul beban hidup, ataupun merasakan lelah yang berkepanjangan. Sekarang aku sudah lulus dan kini saatnya aku menapakkan kakiku kejalan yang baru.