Ratusan peserta nimbrung dalam Festival Taiminya dan Huhate

oleh -22 views

@Porostimur.com | Ambon : Desa Latuhalat yang menempati wilayah paling ujung bagian selatan Pulau Ambon dan Kecamatan Nusaniwe, memiliki 3 potensi yang menjadi branding.

Ketiga potensi branding dimaksud yakni timba laor, masa taiminya dan huhate, yang sedianya harus mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon yang menggawanginya.

Hal ini ditegaskan Walikota Ambon, Richard Louhenapessy,SH, dalam sambutan pembukaan festival taiminya dan huhate, di Pantai Manewangila, Desa Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe, Sabtu (8/9).

”Yang pertama itu adalah laor, timba laor ini harus kita kemarin dia dan kita jual sebagai sebuah objek wisata yang betul-betul punya nilai dunia untuk bisa dijual. Hal yang sama terjadi di Lombok, mulai dengan mereka membuat semacam upacara yang direkayasa untuk menarik perhartian masyarakat dan itu yang akan kita lakukan, nantinya. Selain itu juga hal yang kedua yang perlu dipehatikan yakni masa taiminya dan huhate,” ujarnya.

Ratusan peserta turut ambil bagian dalam festival taiminya dan huhate, akunya, terdiri dari 110 peserta festival taiminya dan 176 peserta festival huhate.

Melihat antusiasme warga dalam festival ini, pihaknya akan menjadikan even ini sebagai agenda penting program pariwisata Pemkot Ambon.

Potensi branding yang dimilik ini, jelasnya, biasa dijadikan wahana menarik sumber pendapatan di bidang pariwisata.

Untuk mendapatkan dukungan penuh secara nasional, maka pihaknya berencana mengundang pemerintah pusat menghadiri even dimaksud, terlebih saat even ini suydah ditetapkan sebagai program berkala Pemkot Ambon di bidang pariwisata.

”Ini kita akan support betul kalau kita bisa kemasin dia tahun depan, dia masuk dalam paket pariwisata pemerintah kota, saya bisa bawa ini menteri untuk datang,” katanya.

Baca Juga  Wattimury Minta Gubernur Pakai Kedekatannya dengan Presiden untuk Bangun Maluku

Pengembangan branding dimaksud, terangnya, bertujuan memelihara dan melestarikan asset dan budaya lokal, sehingga tidak terkikis oleh perkembangan zaman yang lebih berorientasi pada teknologi.

”Ini terkenal dengan brandding cuma lama-kelamaan orang sudah tidak kenal taiminya lagi tapi minyak bimoli. Festival taiminya dan huhate ini menarik sekali, timba laor, huhate dan masa taiminya itu menjai branding kita terutama dari Latuhalat,” pungkasnya. (vanessya)