Relasi Frenemy Prabowo-Jokowi

oleh -24 views

Oleh: Lukas Luwarso, Jurnalis Senior, Kolumnis

Jokowi dan Prabowo kawan atau lawan, friend or enemy? Jika dilihat dari frekuensi pertemuan, terkesan mereka adalah kawan. Tapi apakah ada perkawanan dalam politik, yang sarat dengan kepentingan? Politik adalah bisnis kekuasaan, permainan penuh siasat, intrik, termasuk tipuan, agar bisa bertahan. Tidak ada kawan atau lawan, selain kepentingan untuk menang, tetap di kekuasaan, dan dapat bagian.

Pertemuan Prabowo-Jokowi selama dua jam, Sabtu 4 Oktober lalu, kembali memancing spekulasi soal relasi dua sosok politisi ini. Mereka terlihat friendly, setidaknya di permukaan. Namun setelah pemberian amnesti dan abolisi kepada lawan politik Jokowi, Hasto Kristiyanto dan Thomas Lembong. Juga resafel dan pengungkapan korupsi sejumlah menteri yang dekat dengan Jokowi. Apakah mereka masih bisa dianggap friend?

Baca Juga  Pengusiran Senyap: Visa Perjalanan Diberikan pada Warga Palestina dengan Pengawasan Israel

Dalam politik tidak ada friend atau enemy, yang ada adalah frenemy. Gabungan dari kata “friend” (kawan) dan “enemy” (lawan). Berperilaku seperti teman tetapi diam-diam bersaing, berlawanan, menjadi musuh dalam selimut, adalah kelaziman. Jika politik adalah urusan mengejar kekuasaan.

Hubungan frenemy bersifat “suka-benci”, menunjukkan kebaikan di depan tetapi menyimpan niat terselubung di belakang. Frenemy pas untuk memahami relasi Prabowo-Jokowi, yang mengusung “politik keberlanjutan”. Mereka tak terpisahkan untuk kepentingan syahwat kekuasaan. Namun relasi seperti itu biasanya tidak akan bisa bertahan, karena tiga alasan: psikologis, strategis, dan struktural.

No More Posts Available.

No more pages to load.