Porostimur.com, Sofifi – Kepemimpinan Sherly Tjoanda sebagai Gubernur Maluku Utara terus menuai sorotan dari berbagai kalangan. Di tengah ekspektasi publik terhadap figur perempuan pertama yang memimpin provinsi ini, sejumlah kelemahan mulai mencuat, terutama dalam 100 hari pertama pemerintahannya.
Berikut lima kelemahan Sherly Tjoanda sebagai Gubernur Maluku Utara yang berhasil kami rangkum dari berbagai sumber:
1. Legitimasi Politik yang Dipertanyakan
Sherly Tjoanda naik ke panggung politik menggantikan mendiang suaminya Benny Laos, dalam proses yang banyak menuai kontroversi. Penetapannya sebagai calon kepala daerah oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dianggap sejumlah pihak sebagai bentuk perlakuan istimewa.
Gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) dan aksi unjuk rasa dari kelompok sipil pun muncul, mempertanyakan integritas proses demokrasi yang melibatkan dirinya.
2. Minimnya Penguasaan Terhadap Birokrasi
Pengamat politik daerah dan aktivis sipil menilai Sherly belum menunjukkan pemahaman memadai terhadap sistem dan tata kelola pemerintahan. Dalam beberapa kesempatan, ia tampak gagap dalam mengambil keputusan penting. Contohnya adalah kebijakan menyewa kapal milik swasta untuk perjalanan dinas padahal pemerintah provinsi memiliki kapal sendiri. Hal ini memunculkan kekhawatiran soal efisiensi dan manajemen aset daerah.