Di Kampung
Kami menikmati hari-hari dengan berjalan kaki. Tak kenal usia, status, dan jabatan.
Kami adalah pejalan: pejalan yang melewati berpuluh-puluh sungai, mendaki berpuluh-puluh bukit.
Hutan kami yang hijau adalah hasil keringat kami. Kami menanamnya sejak muda. Sebab bagi kami, tak ada warisan yang kekal selain menanam dengan tangan sendiri.
Kami menikmati hari-hari dengan berjalan kaki. Akar, batu-batu, batang, cabang, dan tangga kelapa yang menusuk telapak kaki kami, membuat kaki kami lebih kuat menapaki hari depan.
Kiaro dan palaudi yang kami papah di belakang, kami pergi berisi maru, kami pulang berisi gina.
Doro dan raki kami, membuat kami tak kelaparan.
Supu, 2023.
==========
DESEMBER YANG MURAM
dari rompong satu ke rompong satu komo dan sorihi tak kelihatan
sementara lautan seperti mama goreng pisang
papa akhirnya kembali ke tepian setelah setengah hari dihedu-hedu ombak
di atas laut yang kedalamannya tak dapat papa perkirakan
papa pikir di dekat paka-paka ombak nilon papa akan mengeras
maka papa kembali jatuhkan mata kail yang sudah papa ikat dengan lau
kemudian tangan papa bergerak seperti waktu papa goyang kecil di buye-buye
tapi sampai tangan papa lelah hela nilon dan badayung, batomo arus dan angin
cuma beberapa ekor yang berkecipak di lambung perahu