Amatoo!!! Karadeniz Powership Yasin Bey

oleh -84 views

Oleh: Ahmad Ibrahim, Wartawan Senior

WARGA Kota Ambon tiba-tiba dibuat kaget. Sebab seketika aliran listrik PLN se-Kota Ambon sejak Minggu subuh, (8/5/22), mendadak mati total berjam-jam.

Ini untuk kali pertama sejarah pemadaman aliran listrik terparah setelah lima tahun kita tak pernah mengalami mati lampu menyusul beroperasinya kapal pembangkit listrik bernama Karadeniz Powership Yasin Bey Marine Vessel Power Plant (MVPP) di Kota Ambon, Februari 2017, lalu.

Awal terparah setelah kapal pengganti MVPP asal Turki itu meninggalkan Pulau Ambon dan digantikan oleh kapal sejenis Made in Indonesia hasil kolaborasi dua BUMN yakni PT PLN melalui anak perusahaannya PT Indonesia Power dengan PT PAL Surabaya yang diberi nama Barge Mounted Power Plant (BMPP) berkapasitas 60 MW itu.

Dibanding kapal milik Turki yang berkapasitas 120 MW kapal pembangkit listrik buatan anak negeri itu ternyata belum maksimal menjawab kebutuhan pasokan listrik. Faktanya masih menyisakan persoalan menandai padamnya aliran listrik yang dilakukan secara bergilir itu.

Pemadaman hari kedua saya rasakan saat usai mengikuti acara Pukul Manyapu di Desa Morella, Senin, (9/5/22).

Saat menjelang magrib tiba seketika lampu padam. Kawasan penduduk yang ramah dan bersahaja itu seketika gelap-gulita.

Ternyata bukan saja di pusat Kota Ambon yang merasakan mati lampu, nun di kampung pinggiran Kota Ambon yang tak jauh dari areal mesin kapal pembangkit listrik itu juga mengalami hal yang sama.

Di mana-mana ternyata warga yang ada di Pulau Ambon mengeluh. Mereka seketika dibuat meradang setelah lima tahun tidak mati lampu.

Di tengah gelap gulita saat menikmati hidangan makan malam pada keluarga Ibu Ila Pical itulah seketika saya pun teringkat nama salah seorang bernama Mehmet Ufuk Berk.

Ia tidak lain Direktur Karpowership untuk Asia Tenggara salah satu pemilik kapal pembangkit listrik keluarga Yasin Bey asal Turki itu.

Direktur Karpowership untuk Asia Tenggara ini pernah bersama tim berkunjung ke Redaksi Koran Rakyat Maluku, September 2016.

Kedatangan Ufuk Berk merupakan bagian dari kerjasama pemilik kapal swasta terkaya asal Turki dari keluarga Karadeniz Yasin Bey asal Presiden Erdogan itu ke Kota Ambon dengan PT.PLN (Persero) Wilayah Maluku dan Maluku Utara untuk pengembangan listrik di Kota Manise.

Kunjungan Ufuk Berk ke Redaksi Rakyat Maluku juga menjadi bagian dari partisipasi atas undangan khusus keluarga perusahaan Yasin Bey ini untuk wartawan Koran Rakyat Maluku Abdul Karim Angkotasan.

Bergabung bersama 18 wartawan Indonesia lainnya mereka pun meninjau proyek pengembangan perusahaan listrik ternama di sebelah Selatan Ibukota Istanbul, Turki, itu.

Dalam dialog itu Ufuk Berk berbicara banyak seputar perusahaannya yang telah membuka jaringan yang sama di beberapa negara di Asia selain Indonesia yakni Eropa, dan Afrika.

Di Indonesia kerjasama pengembangan listrik nasional dengan perusahaan Turki itu selain Ambon juga Medan, Manado, Gorontalo, Kupang, Lombok, dan beberapa kota lainnya.

Karadeniz Holding, induk perusahaan Karpowership di Turki itu, tercatat sukses di berbagai sektor energi di dalam dan luar negeri selama 20 tahun terakhir.

Sejak tahun 2003, Karpowership sudah memasok 27 miliar kWh transmisi listrik ke berbagai negara dunia termasuk Ambon.

Saat itu ia juga berbicara soal plus-minus menggunakan teknologi listrik melalui pembangkit kapal laut tersebut baik dari sisi efisiensi dan langkah untuk meminimalisir potensi-potensi korupsi untuk pembelian mesin-mesin menggunakan tenaga diesel dengan kapasitas kecil.

Selain boros dalam penggunaan bahan bakar solar untuk mesin diesel, daya tahan untuk menggerakkan mesin pembangkit listrik ini juga tidak efektif.

Kalau mesin yang mereka gunakan pada kapal pembangkit ini skalanya besar dan jauh lebih efisien karena menghemat bahan bakar minyak. Pun untuk menggerakkan mesin pembangkitnya jauh lebih bertenaga saat mengantarkan transmisi listrik.

“Sekali tarikan bahan bakar mesin yang dikeluarkan relatif kecil. Tapi energi listrik yang dihasilkan jauh lebih besar. Dari kapal ini pula melalui alat kontrol komputer kami bisa mendeteksi tingkat pencurian aliran listrik,” ujarnya.

Dari beliau saya baru tahu pula jenis-jenis dan tingkat kehalusan bahan bakar minyak. Dari deretan bahan bakar minyak, jenis bahan bakar Avtur yang digunakan pesawat termasuk bahan bakar minyak paling halus.

Disusul Bensin lalu diikuti oleh Solar. Dan yang paling rendah adalah bahan bakar minyak mentah yang masih dalam bentuk fosil.

Dari deretan bahan bakar minyak yang digunakan kapal Turki untuk pembangkit listrik itu bukan Solar murni. Tapi bahan bakar minyak mentah yang telah diolah menjadi setengah solar masih dalam bentuk fosil atau Heavy Fuel Oil (HFO).

Bahan bakar itu dibeli pada kilang minyak di Singapura lalu dibawa ke Ambon untuk digunakan pada kapal pembangkit listrik Karadeniz Powership Yasin Bey Marine Vessel Power Plant itu.

Dengan menggunakan kapal pembangkit listrik, kata Ufuk Berk, konflik kepentingan terkait pembebasan lahan untuk pembangunan listrik yang berlokasi di darat relatif tidak terjadi karena tak ada lagi lahan yang jadi rebutan.

Ia juga berbicara kedepan tentang pentingnya alih teknologi kelistrikan di Indonesia dengan pola kerjasama antara PT PLN bersama perusahaan keluarga Yasin Bey itu.

“Kami siap mentrasfer alih teknologi kelistrikan yang kami miliki. Ilmu yang kami dapatkan melalui kapal pembangkit listrik Karadeniz Powership Yasin Bey MVPP ini siap kami tularkan,” ujar Ufuk Berk.

Ia mengatakan, potensi Indonesia dengan wilayah kepulauan mestinya harus mengembangkan industri kelistrikan menggunakan teknologi kapal pembangkit listrik.

Bagi Ufuk Berk, Maluku harus melakukan kolaborasi ini karena sangat efektif. Tentu dengan jenis dan kapasitas kapal yang berbeda sesuai kebutuhan. Selain mengurangi konflik kepentingan dalam hal pembelian mesin dan pembebasan lahan.

“Jika saja pembangkit listrik melalui kapal ini dikembangkan maka tak ada lagi peluang spekulasi baik menyangkut pembelian lahan maupun lainnya,” ujar Ufuk Berk.

Kini setelah lima tahun masa kontrak usai, Februari 2022, kapal listrik yang berlabuh di bibir pantai Desa Waai, Pulau Ambon, itu tak lagi kelihatan.

Sabtu, (7/4/22), saya pernah mencoba melewati pesisir Desa Waai dari arah Tulehu untuk menikmati hari libur di bibir Pantai Liang nan eksotik itu.

Dari seberang saya pun berhenti di ujung Desa Tulehu memotret dari kejauhan kapal pembangkit listrik buatan Indonesia yang baru dioperasikannya itu sebagaimana yang saya abadikan dalam gambar ini.

Amatoo!!!! Karadeniz Powership Yasin Bey.

Selamat datang pemadaman!!! (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.