Ikhlas salah satu sifat yang mesti dimiliki oleh umat Islam, dalam melakukan kebaikannya apapun harus disertai ikhlas kepada Allah SWT. Lantas bagaimana jadinya bila seseorang beramal tidak ikhlas, dan hanya menginginkan pujian dari manusia?
Mengutip buku Dahsyatnya Sabar, Syukur, Ikhlas Muhammad SAW karya Amirulloh Syarbini, Jumari Haryadi Ikhlas berasa dari bahasa Arab “Khalasha” berarti murnis, bersih, suci, hingga terbebas dari segala sesuatu yang kotor.
Secara istilah para ulama mendefinisikan ikhlas dalam beberapa macam, seperti menjadikan tujuan hanya untuk Allah tatkala beribadah, membersihkan amalan dari penilaian manusia, dan kesamaan amalan-amalan seorang hamba antara yang nampak dengan yang ada di batin.
Sementara itu, mengutip buku Ikhlas Tanpa Batas karya 10 Ulama Psikologi Klasik mereka berpendapat bahwa orang yang ikhlas adalah mereka yang menyembunyikan amal kebaikannya sebagaimana menutupi amal keburukannya.
Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Ada empat tanda orang yang riya dalam beramal, yaitu malas beramal jika sendirian, rajin beramal jika banyak orang, semakin rajin beramal jika mendapat pujian, dan semakin malas beramal jika mendapat celaan.”
Diriwayatkan dari seorang ahli hikmah: sesungguhnya perumpamaan orang yang beramal karena riya dan sum’ah adalah seperti orang yang pergi ke pasar, namun memenuhi saku bajunya dengan kerikil.