Oleh: Made Supriatma, Peneliti dan jurnalis lepas. Saat ini bekerja sebagai visiting research dellow pada ISEAS-Yusof Ishak Institute, Singapura
Ada 844 Badan Usaha Milik Negara masuk ke Danantara. Ini bukan main-main. Beberapa dari perusahaan ini adalah pemain besar, yang ‘too big, to fail.’ Terlalu besar untuk gagal. Bank-bank Himbara (atau himpunan bank-bank negara), misalnya.
Kabarnya apa yang disebut “kekayaan” Danantara itu jumlahnya sekitar IDR 14,000 triliun. Nah, tidak heran bila bapaknya ini bilang, sebentar lagi kekayaannya bisa mencapai 1 triliun USD. 1 triliun USD, bisa bayangkan uang sebanyak itu. Kalau dirupiahkan itu setara IDR 16,800 triliun!
Cuma, ya itu. Ini kan yang dinamakan ‘kekayaan’ yang dihitung berdasarkan apa yang dimiliki. Yang tidak dihitung itu ya, berapa utang dan kerugian BUMN ini.
Karena perusahaan-perusahaan ini milik negara, maka cara paling gampang melihatnya adalah dengan berapa pembagian keuntungan yang diberikan kepada negara. Dari 14,000 triliun itu, keuntungannya yang masuk ke APBN hanyalah IDR 86,4 triliun saja.
Lo kok dikit?
Lha ya kan ini perusahaan. Ada yang berutang. Ada yang keuangannya merah. Ada yang bangkrut tapi disuntik dana terus. Belum lagi BUMN ini mengemban fungsi publik. Biasanya, perusahaan dengan misi publik itu nggak pernah untung.