Pemuda Topo Dorong Gomafu Jadi Obyek Geowisata Benilai Ekonomis

oleh -226 views

Porostimur.com, Tidore – Forum Pemuda Topo (Fato), menggelarkan dialog lingkungan dengan bertajuk “Kawasan Hutan Gamafu dan Masa Depan Ekologi Tidore”, Selasa (20/12/2022) malam.

Dalam dialog itu, Fato mengundang Ketua IAGI Maluku Utara Dedy Ari dan Kadis Lingkungan Hidup Kota Tikep Muhammad Syarif sebagai narasumber. Dialog juga dihadiri Jou Sultan Tidore H. Husain Alting Sjah.

Muhammad Syarif dalam pemaparannya memulai dengan Fiqih Ekologi yang menyebut, perlindungan maupun kelestarian fungsi-fungsi lingkungan ada kerja-kerja dengan tanggung jawab. Maka dari itu, ada melindungi dan merawat tidak hanya dengan kewajiban yang disebut sebagai “munafik”.

Alasannya, kata dia, manusia telah diberikan instrumen iman dan akal, dan dalam prespektif ekologi tidak hanya menjadi pemimpin dari komunitas tertentu, tetapi kata “Khalifah” penjaga, dan pelindung.

“Jika, kita memiliki kita memiliki nilai kemanusiaan dan ketuhanan yang bergeser dari halauan kita, maka tunggu kehancuran dan kerusakan,” ujarnya.

Pesan tersebut bukan hanya hari ini, menurut dia, perlu bergerak sampai anak cucu kita. Untuk tantangan ekologi yaitu, terkait dengan perubahan iklim efek rumah kaca.

“Salah satu dari perubahan iklim adalah tentang ulah dari manusia. Olehnya itu, kita harus menjaga keseimbangan lingkungan kita. Ini mestinya ada langkah bersama untuk menjadikan pemahaman sosial,” tukasnya.

Dia bilang, bicara tentang konservasi hutan Gomafu yang ada di Kelurahan Topo, Tidore Kepulauan sudah ditetapkan oleh Kementerian Kehutanan, bahwa ada kawasan hutan lindung, kawasan hutan produksi. Sehigga lokasi yang lokus saat ini, sebenarnya masuk dalam kawasan apa.

Baca Juga  Investasi Blok Masela Capai Rp535 Triliun, Kepastian Kontrak Gas Jadi Krusial

“Jadi di Topo ini, apakah dia masuk dalam hutan lindung, produksi, atau kawasan APL. Dari kejadian itulah, maka kawasan tersebut disebut sebagai kawasan Hutan Produksi Konversi (HPK),” paparnya.

Sementara kawasan tersebut sesuai data DLH, hampir 200 hektar kata dia, untuk dieksplor bagi kepentingan apa.

Menurutnya, bahwa ada regulasi yang memproteksi hal tersebut, tentang Undang-undang kehutanan maupun Undang-undang 32 tentang Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup hinga Peraturan Daerah.

“Terkait dengan Perda itu, mengarah kepada fungsi dan pembungunan berkelanjutan. Kini ada Rancangan Pembangunan Jangka Panjang sebagai visi Pemeritah daerah, salah satunya indeks kualitas lingkungan hidup,” kata Syarif.

“Kalau Perda Nomor 4 Tahun 2022 yang berkaitan dengan konservasi dan perlindungan hutan kami sudah buat pemetaannya,” ungkapnya.

Hutan yang berada di bawah puncak Kie Matubu, sudah masuk hutan lindung. Dengan demikian, ia membuat pilihan kepada pemuda di Topo dengan pendekatan potensi pemetaan hutan.

Untuk pilihan pertama yaitu, kawasan yang berada di Topo atau Gomafu harus masuk menjadi wisata alam untuk kepentingan parawisata. Mengapa, karena dia berada di tengah-tengah kota dan memperkaya ruang terbuka hijau, sehingga mudah dijangkau ke lokasi tersebut.

“Jadi, dari peta yang dilihat dalam kawasan hutan, ada dua lokasi yaitu, Hutan Prduksi Konversi (HPK) dan HPL,” lanjut dia.

Kawasan HPK dan HPL, pulau Tidore tidak terlalu dikehendaki jauh ke pusat. Namun, harus diarahkan ke HPL, sebab itu menjadi kewenangan Pemerintah daerah.

Baca Juga  Itwasum Polri Kunjungi Polda Maluku

“Dari HPK dan HPL, kedua lokasinya teerlalu kecil sehigga dalam pendekata regulasui, kami berkonsultasi dengan Sumber Daya Ekosistem dan Dirjen Kehutanan Sosial, mereka lebih suka masuk pada kawasan wisata,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua IAGI Malut Dedy Arif mengatakan, dengan memulai dari menakar potensi wisata, strategi pengembangan berbasis konservasi dan Gomafu.

“Gomafu bukan hanya di Topo, tetapi banyak panjang ceritanya. Untuk menjadi geopark, syaratnya dari geowisatanya dulu,” ujarnya.

Ditegaskan, bahwa Indonesia memiliki potensi menjadi geopark, salah satunya bentang alam yang potensial, seperti yang teejadi di belakang Benteng Tore.

Geowisata secar sederhana dapat didefensikan sebagai suatu kegiatan wisata yang berbasi pada potensi alamnya.

“Jadi geowisata akan berhasil bukan dari saya, tetapi dar ibu-ibu di Topo dan Pemuda menjadi unjung tombak geowisata yang sukses menuju kepada geoparknya,” terangnya.

Dia bilang, dari konsep kawasan secara berkelanjutan ini, memandu kita untuk dimiliki dengan keberagaman biologi maupun flora dan fauna yang masuk dalam spot university.

Bukan hanya itu, kata Dedy, ada keragaman budaya yang tertanam kuat di Topo, karena masih tersimpan yaitu, “Jere” (tempat keramat) yang dinilai dari Unesco sangat tinggi nilainya atau disebut sebagai megalitik.

Semuanya itu, ada pemanfaatan bagi pengembangan geowisata harus ada ekonomi kreatif harus tumbuh.

“Wisata tanpa ada dampak ekonominya, percuma dan tidak punya fungsi apa-apaya,” tegasnya.

Baca Juga  Viral Karangan Bunga dengan Pesan Menohok di Nikahan Mantan yang Selingkuh

Dedy mengatakan, bahwa di tahun 2015-2016 ia memajukan kampung di Lombok menjadi geopark. “Kenapa yang dilatih geopark adalah ibu-ibu lebih dulu, karena bapak-bapak yang faham geopark, belum tentu dia perintah ibu-ibunya. Kalau ibu-ibu, dia sudah mampu paham dan memajukan geopark untuk semuanya,” tuturnya.

Untuk memajukan sebuah geowisata tidak seharusnya meninggalkan warisan leluhur yang telah dibuat.

“Seperti tidak disengaja, ada tempat pres sagu yang sudah lapuk ditinggalkan begitu saja, tanpa ada perbaiki. Hal tersebut, akan menjadi tanda tanya besar, jika generasi di 2030 tidak tahu fungsinya apa tempat tersebebut,” ucapnya.

Selain itu, di Topo terdapat berbagai potensi yang dikelola untuk menjadi geowisata, namun yang perlu dibuat adalah petanya.

“Kalau peta potensi wisata harus dibuat oleh pemuda di Topo. Jalur ke puncak Kie Matubu ini, bagian dari bentang alam yang sangat potensial dan ditambahkan sumber daya manusia harus menjadi geowisata. Yang belum ada adalah membuat dalam satu paket untuk dijual,” tambahnya.

Diharapkan dengan geowisata ini, apabila bagi orang-orang yang naik ke puncak akan menamabahkan nilai ekonominya, sekaligus menjadi pemandu.

Turut hadir dalam dialog tersebut, tokoh pemuda, jurnalis, Ketua HMI Cabang Tidore, pengurus Pemuda Fato, warga Topo maupun anak-anak. (Culen)

Simak berita dan artikel porostimur.com lainnya di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.