Refleksi 100 Tahun Konferensi Waligereja Indonesia (KWI)

oleh -234 views

Oleh: Pendeta Rudy Rahabeat

Saya seorang Pendeta Protestan yang hendak memaknai perayaan 100 Tahun KWI tahun 2024 dengan dua alasan. Pertama, Katolik-Protestan adalah Adik dan Kakak yang terhubung dalam satu kata: Kristianitas, seperti pernah disitir oleh pater Tom Jacobs salah seorang imam Jesuit. Kedua, saya pernah belajar di Universitas Katolik Sanata Dharma Yogyakarta, yang dikelola Ordo Jesuit (SJ) pada program Magister Ilmu Religi dan Budaya tahun 2000-2004 (lulus dua puluh tahun yang lalu). Olehnya saya hendak berbagi empat bulir refleksi sederhana sebagai berikut:

Pertama, penting untuk terus merajut kebersamaan Katolik-Protestan. Setelah berpisah jalan di abad Abad ke-16, orang Katolik dan Protestan pernah mengalami kisah konflik yang berdarah. Tetapi itu tidak berlangsung abadi. Ada saat terjadi rekonsiliasi yang saling merangkul dan merajut kerjasama. Paus Fransiskus misalnya tahun 2016 menghadiri perayaan 500 tahun Protestantisme yang dilaksanakan Federasi Lutheran Sedunia (LWF) di kota Lund Swedia. Kehadiran Paus itu merupakan akta simbolik yang sangat indah untuk menegaskan rekonsiliasi dan kebersamaan Katolik-Protestan yang perlu terus berjalan bersama menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah di dunia. Selanjutnya tahun 2017, Moderator dan Sekretaris Jenderal Dewan Gereja-Gereja se-Dunia (WCC), Dr Agnes Aboum dan Pendeta Olaf Fikse Tveit menjumpai Paus Fransiskus di Vatikan guna membicarakan persatuan Katolik-Protestan dan kerjasama berkelanjutan untuk mewujudkan keadilan dan perdamaian dunia. Semua ini menjadi keteladanan untuk terus merawat dan meningkatkan kerjasama dua agama bersaudara ini.

No More Posts Available.

No more pages to load.