Kau Selalu Kukenang
untuk Ayahanda
Kau selalu kukenang di debur laut yang biru
yang selalu setia sebelum labuh dan sauh
saling membahu
Sejak kau memilih berhenti
tak lagi menjejaki jari-jari dan jemari di bibir pantai
aku selalu mengenang wajahmu saat air laut tergenang
di perahu hingga percikan gelombang memeluk tubuh yang garang
Kau selalu kukenang
sebagaimana malam gulita
merindukan purnama
Tahoku, 17 September 2021
=======
Masih Terngiang Namamu
Di atas kayu-kayu yang dibawa arus
saat pancaroba tiba
aku menemukan bayangmu
yang terbaca sepanjang mata memandang
Kau masih ada di antara laut yang tenang
hingga gelombang bergulung bersama kenang
juga di saat angin berembus rindu
meskipun kini jari-jarimu sudah sibuk
melinting tembakau
dan menghirup aroma kopi buatan ibu
di kursi tua buatanmu
Namamu masih terngiang dengan merdu
meski tubuh dan peluhmu
tak lagi menyatu dan jatuh di jantung laut biru
Tahoku, 17 September 2021
======
Doa Lelaki di Ujung Pulau
Laut tak jadi memanggil gelombang
semenjak lelaki tua itu
mengirim doa-doa
di saat angin timur memetik daun-daun hijau
hingga berjatuhan merayap di atas bebatuan
yang kaku
Angin kencang
disertai amuk hujan
tak mematahkan doa-doa
juga harapannya
Doa-doa terus dikirimkan
kepada lautan sumber kehidupan
disertai pacahnya rindu
seorang perantau di ujung pulau
berharap lautan selalu tenang
meskipun angin dan hujan datang berdendang