Imam Qurthubi dalam kitabnya Tadzkirah mengatakan, “Mereka adalah orang-orang beriman, dan Allah Ta’alla telah mengetahui bahwa dengan adanya qishash tersebut tidak akan menyisakan kebaikan mereka sedikitpun”.
Karena jika dilaksanakan qishash, kebaikan yang mereka miliki sudah tidak tersisa yang bisa digunakan sebagai modal untuk masuk ke dalam surga.
Sedangkan Al-Hafidh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menerangkan, “Kemungkinan yang dimaksud mereka itu ialah ashabul a’raf dari kalangan mereka menurut pendapat yang lebih kuat, yaitu orang-orang yang mempunyai kebaikan dan keburukan sama kedudukannya.
Lalu keluar dari kelompok ini dua golongan dari kalangan orang-orang beriman, yakni orang yang masuk surga tanpa hisab dan orang yang binasa karena amalan (jelek)nya”.
Kemudian Sabdanya, “Mereka lalu tertahan di qonthoroh yang berada diantara surga dan neraka“.
Yang dimaksud dengan Qonthoroh secara bahasa ialah jembatan yang dibentangkan di atas sungai yang bisa dilewati.
Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi menjelaskan, mungkin ada yang bertanya, seperti apa Qonthoroh itu dan bagaimana jalannya qishash tersebut yang terjadi di antara jembatan tadi. Apakah di sana ada qishosh lagi selain dari qishosh yang dilakukan pada permulaan hari kiamat