Mulyono, Kemuliaan yang Tak Tahu Diri

oleh -118 views

Oleh: Made Supriatma, Peneliti dan jurnalis lepas. Saat ini bekerja sebagai visiting research dellow pada ISEAS-Yusof Ishak Institute, Singapura

Tahun 2008, Majalah Tempo menobatkan Mulyono sebagai tokoh pilihan mereka. Semacam ‘Man of the Year.” Sejak saat itu karir Mulyono melejit bak meteor.

Ketika itu tidak ada yang tahu bakat terpendam Mulyono, yaitu pintarnya dia menyamar menjadi rakyat biasa! Ia bahkan mengalahkan aktor kawakan Benyamin S yang pernah bilang ‘tampang udik, rejeki kota.”

Mulyono kemudian menarik semua imajinasi kaum intelektual terdidik negeri ini, yang ketika itu juga tersihir dengan Barack Obama, orang kulit hitam yang menjadi presiden Amerika.

Seakan-akan, intelektual kelas menengah Indonesia ketika itu menemukan Obama van Sumber, kampung di Kota Solo.

Baca Juga  Diminta Jelaskan Harta Eks Gubernur Malut Abdul Gani, KPK Periksa 2 Saksi Pihak Swasta

Namun, Mulyono bukan Obama. Ia tidak pernah belajar hukum. Pengetahuan sejarahnya, bahkan sejarah negerinya setipis kulit bawang. Ia tidak pernah menjadi pembela HAM rakyat kecil. Bahkan nyaris dia tidak tahu apa-apa tentang HAM.

Tidak seperti Obama, dia bukan orator. Dia bahkan tidak pandai bicara. Apalagi berdebat. Ia sama sekali tidak punya kemampuan itu.

Tapi dia punya kemampuan yang bahkan Obama sendiri mungkin iri melihatnya. Ia mampu memproyeksikan citra sebagai orang kerja, kerja, kerja. Ia tampak energetik, tidak kenal lelah. Ditambah dengan narasi nasionalistis, jadilah dia sangat populer.

No More Posts Available.

No more pages to load.