Cerpen Karya: Tshou Lim
Entah sudah berapa kali aku menoleh ke arah perahu di pantai. Master bahkan sampai bosan untuk mengingatkanku, bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku agak menyesal karena telah terlanjur ikut di penjelajahan kali ini. Semuanya benar-benar bertolak belakang dengan apa yang ada di dalam imajinasiku kala itu.
Reruntuhan kota dari era primordial, mendengar itu aku langsung mengiyakan ajakan Master. Apa yang terlintas di benakku waktu itu adalah sebuah reruntuhan kuno yang terbentang luas dan menyimpan banyak teka-teki. Harapan itu langsung kandas begitu perahu kecil kami berlabuh. Tidak ada apapun di seisi pulau kecuali puing-puing bangunan yang dipenuhi pepohonan, daripada disebut reruntuhan kota dari peradaban kuno, akan lebih tepat jika menyebutnya pulau hantu.
“Syukurlah kita bisa sampai sebelum hari gelap. Nou, bersihkan area di sekitar sana, kita akan berkemah dan mulai penjelajahan besok.”
Area yang ditunjuk oleh Master berupa tanah lapang di dekat sebuah tangga. Di atas sana, terlihat sisa-sisa dari bangunan yang terlihat seperti gapura. Tentu saja, tangga dan gapura itu sudah nyaris tak berbentuk. Permukaannya dipenuhi akar pohon berlumut tebal, sangat jelas bahwa tidak ada yang pernah berkunjung ke sini untuk waktu yang cukup lama.