Porostimur.com, Jakarta — Konflik besar kembali mengguncang dunia tinju amatir Indonesia. Kali ini, penyelenggaraan Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) XVII 2025 di Jakarta diwarnai skandal boikot pertandingan oleh penyelenggara, setelah Persatuan Tinju Amatir Indonesia (PERTINA) bersama 30 dari 33 provinsi menolak keterlibatan organisasi tandingan yang disebut “abal-abal”.
Penolakan keras ini bukan tanpa alasan. PERTINA menilai organisasi baru yang coba dilibatkan tidak memiliki kompetensi, legalitas, maupun pengalaman, sehingga berpotensi membahayakan keselamatan atlet di atas ring.
Wasit dari Organisasi Baru Dinilai Tak Kompeten
Sumber masalah bermula dari pemaksaan penggunaan wasit dan hakim pertandingan yang berasal dari organisasi baru berusia tiga bulan. Keputusan ini ditolak mentah-mentah oleh PERTINA, yang menilai hal tersebut melanggar standar keselamatan dan profesionalisme pertandingan tinju amatir.
“Kami saja butuh pengalaman 66 tahun untuk membina wasit-hakim yang berkualitas. Mereka belum punya kapasitas, tapi sudah dipaksa memimpin pertandingan di ajang sebesar POPNAS. Ini tindakan berbahaya yang bisa mempertaruhkan nyawa atlet,” tegas Wakil Ketua Umum PERTINA.
PERTINA menilai keputusan penyelenggara POPNAS sebagai bentuk pengabaian keselamatan atlet. Ketika kompetensi perangkat pertandingan diragukan, maka risiko cedera serius meningkat tajam — sebuah konsekuensi fatal dalam olahraga kontak fisik seperti tinju.









