Regime of Fear and Terror

oleh -25 views
Made Supriatma

Oleh: Made Supriatma, Peneliti dan jurnalis lepas. Saat ini bekerja sebagai visiting research dellow pada ISEAS-Yusof Ishak Institute, Singapura

Luweh. Itulah kata bahasa Jawa yang saya dengar hari ini dari seorang birokrat daerah. Artinya kurang lebih, “ah, biarin,’ atau ‘masa bodoh!’. Mereka kesal dengan pemotongan anggaran yang membuat pelayanan kepada masyarakat terganggu. Tidak untuk kepentingan mereka sebenarnya. Kerja atau tidak kerja, mereka dibayar.

Namun, mereka kesal karena kalau ada keluhan dari masyarakat, merekalah yang pertama kali terkena. Orang-orang mengeluh karena pelayanan melambat atau menurun kualitasnya. Dan merekalah yang pertama kali menerima makian.

Ada juga pengaruh mereka terhadap pemotongan anggaran. Tentu saja. Dulu ada uang insentif ini dan itu. Sekarang itu menghilang. Namun beban kerja tetap berat.

Mungkin sebagian besar dari kita masih sinis dengan pelayanan birokrasi kita. Namun harus diakui juga bahwa dibandingkan dengan aparat negara yang lain khususnya di bidang penegakan hukum dan keamanan (militer), birokrasi kita berjalan lebih baik.

Terus terang, saya mengurus KTP hanya butuh beberapa jam. Demikian juga dengan pemindahannya. Juga pengalaman dengan mengurus dokumen-dokumen lainnya seperti paspor. Entah, kalau itu berurusan dengan bisnis. Bahkan pajak pun masih lumayan. Setidaknya, masih lebih gampang dari mengurus pajak di Amerika yang ruwet kalau Anda adalah self-employed atau pekerja mandiri.

No More Posts Available.

No more pages to load.