“Lihatlah sayang, seberapa jauh kita bertahan– menjalin cinta abadi..” bisik Sehun di telingaku,
“Kita mungkin melalui jalan yang panjang, tapi kita yakin, kita akan sampai di titik ini, bukan?” lanjutnya.
Aku tersenyum. “Aku tahu, bahkan orang-orang bilang kita tak akan pernah sampai di titik ini”
“Tapi, lihatlah kita, masih bersama.. Bergandengan tangan..” ujar Sehun,
Kami pun mulai melakukan dansa kecil.
“Aku senang kita menghiraukan perkataan orang” ungkapku.
“Mereka salah, karena kamulah satu-satunya untukku, kita akan selau bersama membentuk keabadian, sayang”
Kami berdansa hingga mentari tenggelam di ujung langit jingga..
Beberapa tahun telah kami lalui, namun, Sehun mengalami kecelakaan saat hari dimana ia akan melamarku 2 hari yang lalu dan dia meninggal di tempat.
“Terakhir aku melihatmu, kamu berada di sebelahku, Sehun..” aku mulai terisak, suasana sepi kompleks pemakaman ini seolah mendukung rasa kesedihanku.
“Jangan tinggalkan aku di rasa sakit ini, kumohon..” isakanku semakin menyesakkan hati.
Aku tak percaya, ia benar-benar meninggalkanku.
“Kumohon, kembalilah, Sehun..” pintaku putus asa, “Kembali dan hapus air mataku, seperti yang selalu kamu lakukan dahulu..”
Aku menatap kuburan Sehun dengan tersendu-sendu.