Bayang – bayang gelap demokrasi paska pilpres adalah sebuah keniscayaan, hal ini wajar berdasar rekam jejak Prabowo yang dalam banyak hal dianggap sebagai pelaku pelanggaran berat di Indonesia sejak orde baru sampai menjelang reformasi.
Pernyataan Allan Nairn jurnalis Amerika dan film pendek Dirty Vote menjadi indikator menuju gelapnya demokrasi. Jurnalis investigasi asal Amerika Serikat itu membayangkan Prabowo Subianto akan sangat berbahaya bagi para aktivis hak asasi manusia; wartawan; buruh; orang-orang miskin yang mencoba menolak pelanggaran yang dilakukan aparat, polisi, dan preman, jika menjadi Presiden RI. Allan Nairn menyampaikan hal itu saat wawancara dengan Tempo seperti dikutip Majalah Tempo edisi 7 Juli 2014.
Allan Nairn menilai Prabowo tidak berubah sejak 2001 hingga 2014. “Tidak ada bukti ia berubah. Ia berbohong tentang perannya dalam pembunuhan massal. Ia tidak mendukung ide bahwa siapa pun yang membunuh harus dibawa ke pengadilan,” tuturnya.
Wajah buram Parabowopun semakin kelam , pengadilan HAM tak pernah jelas memutuskan tentang status Prabowo, sehingga masih tersandera dengan kejahatan HAM masa lalu apalagi diperkeruh dengan sikap Jokowi yang ambisius dan mengangkangi hukum untuk kepentingan politiknya.