Oleh: Isa Ansori, Kolumnis dan Akademisi, Tinggal di Surabaya
Langit mendung mewarnai asa para pejuang demokrasi paska dilaksanakannya pilpres 2024. Berdasar hasil quick qount yang terkesan sudah direkayasa untuk memenangan paslon dukungan istana, paslon 02, Prabowo – Gibran.
Hukum dan etika tak lagi menjadi panglima, 10 tahun dipimpin Jokowi, gejala menampakkan otoritarianisme mulai nampak, hukum dilabrak, etika dilanggar, dan kolusi, korupsi serta nepotisme merajalela. Janji – janji politik tak banyak yang ditunaikan, rakyat dibodohi dan dibohongi dengan kedermawanan negara, melalui bansos dan BLT.
Menjelang pelaksanaan pilpres, presiden dan apartur negara yang seharusnya netral dan tidak berpihak, dipertotntonkan secara telanjang ketidaknetralannya, bahkan presiden cenderung menjadi timses dan jurkam paslon 02, Prabowo – Gibran.
Proses penghitungan pilpres di KPU memang masih berlangsung, tapi rakyat sudah dimanipulasi dengan hasil quick qount bahwa yang menang adalah Paslon 02, apalagi menjelang pukul 17.00, tanggal 14 Februari 2024, 4 jam setelah penutupan proses pilpres dan pemilu, disiapkan panggung besar di istora untuk merayakan kemenangan, sebuah hal yang tak wajar dan bahkan dalam satu rumor yang beredar, bahwa presiden bersama beberapa menteri mensetting ini dengan diback up oleh organisasi massa kemasyarakatan dan keagamaan. Seolah saat itu berlaku, umumkan dulu, deklarasikan dulu, baru setelah itu dijaga algoritme suara pilpres di KPU dan sesuaikan dengan quic qount yang diumumkan.