Bongkah Es Bersanding Dengan Bara Api

oleh -37 views

Cerpen Karya: Iis Nia Daniar

Mana ada yang seperti itu di dunia ini?” Parmin menyela omongan Gus.
Gus mengelepuskan asap puntung rok*knya ke udara sembari melotot pada Parmin. Parmin terdiam dan menunduk pura-pura mencari sesuatu.
“Ini ni, orang yang hidupnya tidak pernah kaya,” Gus menunjukkan telunjuknya pada Parmin di hadapan teman-teman yang lain.
Sontak teman-teman yang lain seperti Badrun, Wak Kijo, Mas Muaarif, dan Tarsiah, isteri Parmin tertawa lepas. Parmin hanya memainkan matanya sambil cemberut agak kesal. Dia merasa telah dipermalukan oleh Gus.
“Ya wis, aku ngaku. Aku iki dadi wong melarat dari masih jadi benih dalam rahim Mbokku. Puas tah sampeyan?” bentak Parmin.

Baca Juga  Harga Beda Rp 4 Jutaan, Pilih Veloz Tipe Tertinggi atau Chery Tiggo 8 Termurah?

Suasana kembali hening. Hanya terdengar sesekali kendaraan yang melintas di Jalan Raya Juanda kota ini. Angin malam seperti sudah menjadi kerabat dekat bagi Gus, Parmin, dan teman-teman gelandangan yang lain. Emperan toko tempat mereka melepas lelah di malam hari selalu sama. Favorit mereka adalah depan toko Mas Anyan. Mereka beranggapan bahwa dengan selalu bedekatan pada hawa emas yang keluar dari dalam toko tersebut, aura positif mereka akan keluar di pagi hari. Aura inilah yang akan mendatangkan rejeki pada mereka di hari itu.

Gus menyeruput kopi hitamnya, sedangkan Parmin dan yang lain kembali sibuk dengan kartu-kartu gaplenya. Tarsiah mencari posisi untuk merebahkan badannya yang kurus kering dan melempangkan tenggorokannya yang terus saja batuk-batuk karena seliweran angin dan debu.