Resensi Buku “Kupu-Kupu Boven Digoel”

oleh -22 views

Oleh: Dr.M.J.Latuconsina, S.IP,MA, Akademisi Fisipol Universitas Pattimura

“Sejarah adalah suatu perjanjian di antara orang yang sudah meninggal, mereka yang masih hidup, dan mereka yang belum dilahirkan.” Ungkapan kontemplatif historic ini merupakan qoutes dari Edmund Burke (1729-1797), seorang penulis berkebangsaan Irlandia, yang dikenang sebagai pelopor filosofis konservatif modern.

Qoutesnya Edmund Burke, relevan dengan ulasan buku ini. Pasalnya mendeskripsikan sejarah yang ditulis para sejarawan (historian), tentang dinamika kehidupan orang-orang di masa lampau, yang telah tiada dari aspek sosial, politik dan ekonomi. Konteksnya, sebagai sebuah komparasi kehidupan di masa lampau dan di masa kini.

Membaca judul ulasan buku ini, pikiran kita melayang-layang ke masa lampau, tatkala kawasan yang bernama Boven Digoel di Papua bagian selatan, tepatnya ditepi Sungai Digul hilir, menjadi kamp konsentrasi di era Pemerintahan Hindia Belanda, yang beroperasi sejak tahun 1927 hingga tahun 1947.

Pemerintah Hindia Belanda menggunakannya untuk menahan ribuan orang-orang di Nusantara, yang sebagian besar adalah anggota Partai Komunis Indonesia (PKI), para nasionalis yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia bersama keluarga mereka. (Wikipedia,2025).

No More Posts Available.

No more pages to load.