Salwan Momika mulai menarik perhatian dunia pada 2023 ketika ia secara terbuka membakar dan merobek Al-Qur’an dalam berbagai aksi protes di Swedia. Ia berdalih bahwa aksinya bukan untuk menyerang Muslim secara individu, melainkan sebagai bentuk penolakan terhadap ajaran Islam yang menurutnya berbahaya bagi masyarakat Swedia.

Aksinya memicu gelombang protes di negara-negara Muslim, memburuknya hubungan diplomatik Swedia dengan dunia Islam, serta meningkatnya ancaman keamanan nasional. Meskipun kepolisian Swedia mengizinkan aksinya dengan alasan kebebasan berekspresi, ia tetap dikenai tuntutan atas dugaan penghasutan terhadap kelompok tertentu.
Pada 2023, Badan Imigrasi Swedia memutuskan untuk mendeportasi Momika, tetapi keputusannya tertunda karena ancaman terhadap dirinya di Irak. Ia kemudian diberikan izin tinggal sementara hingga April 2024.
Salwan Momika menyadari bahwa hidupnya tidak akan pernah normal setelah aksi-aksinya. Ia mengungkapkan bahwa dirinya kerap mendapatkan penolakan dari berbagai pihak, baik dari komunitas Muslim maupun masyarakat Swedia secara umum.
“Saya ingin melindungi masyarakat Swedia dari pesan-pesan dalam Al-Qur’an,” ujarnya dalam salah satu persidangan yang melibatkannya.