Porostimur.com, Ternate – Media sosial saat ini tak hanya digunakan untuk mencari informasi lebih cepat, tetapi dipakai demi menampilkan persona yang diinginkan. Bukan cuma masyarakat, para pejabat pun juga ingin eksis di media sosial.
Mereka sadar, bahwa kemajuan teknologi harus dimanfaatkan untuk mendapatkan simpati dan atensi. Namun sayangnya, persona yang ditampilkan seringkali, berbeda dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat itu sendiri.
Dalam studi berjudul Kepemimpinan Ideal pada Era Generasi Milenial yang ditulis oleh Ni Putu Depi Yulia Peramesti dan Deni Kusmana dari Institut Pertahanan Dalam Negeri, publik yang sebagian besar berasal dari generasi milenial dan Z cenderung menyukai beberapa tipikal pemimpin. Pemimpin yang ramah, aktif, observer, cerdas melihat situasi, inklusif, berani, pantang menyerang, dan tentu saja digital mindset.
Tapi kenyataan di lapangan, mereka justru disuguhkan oleh persona pejabat yang sarkastik ketika berbicara, dan juga terlalu sering bermain media sosial. Kita pun dibuat bias antara pemimpin yang satu dengan yang lain, sehingga pro-kontra yang sengit di ranah media sosial pun tak terhindarkan.
Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda misalnya yang gemar memamerkan airmata dan cerita kehidupan pribadi sarat emosional dan lain-lain aktivitasnya di TikTok, belakangan dinilai publik sebagai sikap yang berlebihan.