Halmahera Tak Lagi Ibu yang Memeluk Kita
makanlah Janiba sebelum ajal menjemput di meja makan
sore tadi, media-media online yang nafasnya kembang-kempis
– seperti kita, mewartakan kabar berita
tentang Teluk Weda tercemar mercuri
barangkali juga ikan goropa dan bia popaco
yang ada di piring makan kita malam ini
kenyangkan perut anak-anak kita dan tidurlah malam ini
tapi jangan biarkan mereka bermimpi, sebab
seperti hutan bakau di pesisir pantai kampung kita
mimpi kanak-kanak mereka sudah tertimbun lumpur
karena rakusnya industri tambang yang menggali tanah negeri
kita perlahan menuju mati, entah sendiri atau sekampung nanti
masaklah Janiba beras terakhir yang kau beli dari petani di Wayamli
sebab musim tanam nanti sudah tak ada lagi yang bisa menanam padi
sawah-sawah telah digali, sungai-sungai telah mati, irigasi tiada lagi
hutan adat terakhir pun telah lama dikonversi demi hilirisasi
tidurlah Janiba dan peluklah aku dengan lebih mesra
sebab Halmahera tanah ibu tak lagi bisa memeluk kita
iya kini milik mereka yang punya kuasa dan tumpukan harta
sedang kita, bersuara pun kini sudah tak bisa
begitu pun saudara-saudara kita yang kini mendekam di bilik penjara
Ambon, 15 Juni 2025
==============
Di Bangku yang Masih Menunggumu
aku masih menunggumu di bangku itu
di bawah langit malam yang basah oleh rintik hujan
tempat di mana dahulu kita merangkai sunyi
menjadi bahasa yang hanya dipahami
dua dada yang saling merapatkan diri