Sebelumnya, sebagian besar negara dengan beban tinggi menggunakan dua tes berturut-turut.
Pendekatan baru ini dapat membantu negara mencapai akurasi maksimum dalam tes HIV.
2. WHO merekomendasikan negara-negara menggunakan swa-uji HIV.
Hal ini berdasarkan bukti baru bahwa orang yang berisiko lebih tinggi terhadap HIV dan tidak melakukan tes dalam pengaturan klinis, lebih memungkinkan untuk dilakukan tes dengan swa-uji HIV.
3. WHO juga merekomendasikan tes HIV berbasis jejaring sosial, di mana menjangkau populasi berisiko tinggi namun memiliki lebih sedikit akses ke layanan juga direkomendasikan.
Beberapa populasi yang dimaksud seperti pria yang melakukan hubungan seks dengan pria, orang yang memakai narkoba dengan cara suntik, pekerja seks, populasi transgender dan orang-orang di dalam penjara.
Populasi tersebut dan pasangannya mencakup lebih dari lebih dari 50 persen kasus infeksi HIV baru.
Misalnya, saat menguji 99 kontak jejaring sosial dari 143 orang HIV-positif di Republik Demokratik Kongo, 48 persen dinyatakan positif HIV.
4. Penggunaan komunikasi digital inovatif yang dipimpin oleh rekan kerja seperti pesan singkat dan video dapat membangun permintaan dan meningkatkan pengambilan tes HIV.