Basri Salama dan (Kosmologi) Leluhur

oleh -57 views

Konsep Ngofa maguraci ini, memang merujuk pada kearifan (lokal wisdom) tidore, tetapi bagi saya, ia memiliki kesamaan dengan beberapa prinsip nilai etika Moloku Kie Raha (dengan idiom yang berbeda). Tetapi sama dalam substansi dan maknawi, yang juga terdapat pada 3 kesultanan lainnya, Ternate, Bacan dan Jailolo, sehingga bisa berlaku dalam konteks Maluku Utara yang lebih luas.

Mengapa Ngofa Maguraci?

Karena Ngofa/biji maguraci, seperti telah disebutkan sebagai bibit (putra) terbaik, yang memiliki kesalehan sosial (saha se suba), berjiwa kesatria (pita se peta) dan berbudi luhur (loa se banari). Konsep ini dipahami sebagai pengatahuan yang tersimpan dalam “memori” kolektif masyarakat.​

Pertama, Jiwa “saha se suba“. Inilah jiwa belas kasih, menempatkan rakyat/orang lain di atas dirinya sendiri. Dalam keyakinan papa se tete, figur ini memiliki telinga yang lebih jelas mendengar, mata yang lebih tajam melihat, hidung yang lebih kuat mencium, lidah yang lebih santun berbicara serta kulit yang lebih kuat merasa.Inilah prinsip yang tidak egoistik dan indvidualistik. Istilah leluhur kita, tidak mengidap sifat “Nyinga ma tamoi” yakni hanya memikirkan diri sendiri.

Baca Juga  Adu Bukti Dugaan Hilangnya Suara dalam Pilbup Buru Selatan

Sosok Basri Salama, dikenal memiliki jiwa empati dan belas kasih terhadap orang yang membutuhkan uluran tangan. Ia memiliki prinsip “satu kebaikan akan melahirkan kebaikan lainnya”. Rentetan cerita media tentang kisah – kisah (aksi) sosial kemanusainnya begitu menyentuh.

No More Posts Available.

No more pages to load.