Syaikh Muhammad al-Ghazali mengatakan Al-Quran melarang kaum muslimin memilih pemimpin nonmuslim yang zalim, yang sengaja menghinakan Islam, mengotori sejarahnya, dan menjatuhkan pemeluknya. Lalu, bagaimana tentang hubungan muslim dengan Ahlul Kitab ?
Kitabullah mewajibkan kita untuk merealisasikan keadilan, menyadarkan semua orang tentang kondisi umum yang dihadapi, dan tidak menghiraukan persahabatan atau permusuhan dengan si kaya atau si miskin.
Mendasarkan pandangannya tersebut pada Firman Allah SWT:
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang-orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap diri sendiri afau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” ( QS an-Nisa’ : 135)
Syaikh Muhammad al-Ghazali dalam buku berjudul “At-Ta’ashshub wat-Tasaamuh bainal-Masihiyyah wal-Islam atau Fanatisme dan Toleransi di antara Kristen dan Islam” mengupas tiga ayat yang sering menjadi perdebatan berkepanjangan, yaitu: