Porostimur.com, Kyiv – Penggunaan rudal jelajah dan rudal hipersonik menjadi tanda bahwa invasi Rusia ke Ukraina telah memasuki babak baru.
Seorang pakar militer yang juga pensiunan jenderal Australia menyebutnya fase paling berbahaya karena senjata pemusnah massal berpotensi digunakan.
“Doktrin Amerika Serikat (AS) mendefinisikan kulminasi sebagai titik di mana melanjutkan serangan tidak mungkin lagi dan pasukan harus mempertimbangkan untuk kembali ke postur defensif atau mencoba jeda operasional,” kata pensiunan jenderal Australia, Mick Ryan.
“Ini bukan akhir dari perang, tetapi jeda…tanpa terobosan substantif dalam negosiasi damai, perang mungkin memasuki fase baru,” ujarnya, seperti dikutip news.com.au, Senin (21/3/2022).
Ryan mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin terpaksa “mengatur ulang tujuannya” di Ukraina.
“Paling tidak, dia akan mengumpulkan lingkaran kecil penasihatnya untuk memastikan apa yang mungkin dicapai setelah jeda, dan sumber daya apa yang dibutuhkan,” katanya.
“‘Teori kemenangan’ baru ini dapat mencakup beberapa bentuk mobilisasi personel dan industri nasional. Mereka mungkin juga ‘menutup’ salah satu front mereka di timur atau selatan untuk memperkuat utara,” paparnya.
“Ini akan memungkinkan mereka untuk memperbaiki sistem logistik taktis dan operasional mereka yang runtuh,” lanjut Ryan.
Dia melanjutkan untuk menguraikan opsi yang tersedia bagi Putin, yang pertama adalah perang “gesekan dari jauh”, yang bertujuan untuk memaksa Ukraina melakukan ofensif. (red/sindonews)