Oleh: Made Supriatma, Peneliti dan jurnalis lepas. Saat ini bekerja sebagai visiting research dellow pada ISEAS-Yusof Ishak Institute, Singapura
Barangkali inilah pemerintahan yang paling banyak didukung oleh para aktivis Kiri. Atau, paling tidak, para aktivis yang pernah menjadi Kiri, berjuang di jalur Kiri, dan mengaku mendapatkan inspirasi aktivismenya dari Kiri.
Saya masih ingat persis pada tahun-tahun 1990-an, kawan-kawan banyak yang berdiskusi soal mengadakan revolusi, meruntuhkan rejim penguasa yang menindas, menentang ketidakadilan, dan mengangkat “yang lemah” dari lembah kenistaan. Udara penuh dengan kemarahan ketika itu, khususnya paruh kedua tahun 1990an.
Selain kemarahan tentu ada juga keyakinan dan keteguhan yang nyaris menjadi seperti kekerasan hati, yakni sanggup mengorbankan jiwa raga demi ibu pertiwi. Kawan-kawan ini mulai berhimpun, memobilisasi diri dan rakyat jelata. Hari-hari mereka dipenuhi diskusi dan analisis dengan pertanyaan seperti apakah situasi sudah matang untuk melancarkan revolusi?
Sungguh suatu situasi yang menggairahkan. Bayangkan. Ini anak-anak muda yang penuh dengan idealisme, penuh kemarahan. Penuh gejolak untuk memperbaiki keadaan. Di mata saya mereka lebih hebat dari taruna atau tentara yang pakaiannya dihiasi tanda-tanda pangkat yang mencorong itu.