Oleh: Mohammad Aliman Shahmi, Dosen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Mahmud Yunus Batusangkar
DI TENGAH hiruk-pikuk kampanye dan janji-janji politik yang disampaikan para calon kepala daerah, terlihat bahwa perhatian mereka hampir selalu tertuju pada masyarakat miskin dan marginal.
Sementara itu, kelas menengah—yang sebenarnya merupakan bagian terbesar dari populasi dan terpapar risiko krisis yang tak kalah besar—cenderung terlupakan.
Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), kelas menengah di Indonesia mencapai sekitar 40 persen dari total populasi.
Mereka berada dalam posisi rentan, terlebih dalam menghadapi inflasi dan ketidakpastian ekonomi global.
Ketika biaya hidup terus meningkat, tekanan finansial pada kelas menengah semakin besar, memperbesar risiko mereka jatuh ke dalam kemiskinan.
Meski kontribusi kelas ini begitu signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi dan usaha kecil menengah, kebijakan politik daerah jarang mengarah pada penguatan mereka.
Kerapuhan Kelas Menengah
Dalam wacana politik lokal, isu kemiskinan sering menjadi agenda utama calon kepala daerah. Narasi ini, meskipun sangat penting, membawa implikasi bahwa kelompok lainnya, terutama kelas menengah, cenderung terabaikan.