6. Kemudian, Guru itu bertanya kembali kepada saya soal bagaimana cara mencegah supaya tidak terpengaruh anak didiknya dari ajaran yang tidak sesuai dengan akidah Islam, seperti dalam film itu?
7. Saya menjawab, mungkin perlu dipertimbangkan langkah selanjutnya. Oleh karena itu, saya minta kepada pihak terkait, sebaiknya film ini ditarik peredarannya dari bioskop di Indonesia, termasuk juga dari berbagai media penayangan film di Indonesia. “Saya juga mendesak pihak Kominfo untuk turun mengkaji peredaran film ini,” ungkap saya.
8. Dari penjelasan kronologi saya di atas, saya tidak melarang film itu untuk ditonton oleh agama tertentu. Kembali lagi saya ulangi pernyataan saya, jika peredaran film ini hanya ditujukan pada kalangan terbatas seperti keyakinan agama tertentu, masih kami pahami.” Itulah bahasa yang saya gunakan untuk menegaskan bahwa saya tidak melarang film itu untuk ditonton. Saya tidak memiliki rekam jejak tidak menghargai perbedaan agama orang lain. Saya menjunjung tinggi toleransi. Apalagi partai saya yang saat ini saya mengabdi merupakan partai nasionalis.
9. Saya memiliki pengalaman yang paling berharga dalam perjalanan politik saya, yaitu pernah menjadi Sekretaris Tim Pemenangan Basuki Tjahaja Purnama, seorang Gubernur beragama Nasrani yang saya nilai memiliki kapasitas untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2016 yang lalu. Walaupun pilihan politik saya itu harus hadapi dengan berbagai kecaman dari sebagian saudara saya yang seiman, bahkan keluarga sendiri. Tapi saya tetap istiqomah bersama Pak Ahok, membelanya di saat beliau menghadapi kasus hukum hingga beliau dipenjara yang beberapa kali saya tengok, dan hingga sekarang menjadi teman yang baik.