Oleh: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Kasus Elpiji 3 Kg yang melibatkan Bahlil Lahadalia adalah kulminasi dari Menteri ESDM Prabowo mantan Menteri Investasi Jokowi tersebut. Indikasinya Bahlil adalah kepanjangan dari kepentingan Jokowi. Sikapnya saat pidato di depan jajaran Partai Golkar bagai abdi dalem Raja Jawa Joko Widodo.
Setelah Ketum Partar Golkar Airlangga diinjak kakinya oleh Jokowi agar mundur, Bahlil disiapkan untuk menggantikan. Partai ikut tersandera sehingga Bahlih terpilih dengan mulus. Jokowi tersenyum, pikirnya Partai Golkar dapat ditunggangi. Dari PDIP Jokowi dan Gibran telah dibuang ke laut.
Orang banyak tidak mengenal Bahlil Lahadalia untuk jenjang kariernya di Partai Golkar. Partai sebesar ini ternyata dengan mudah dipimpin oleh orang yang tidak bereputasi. Ini fenomena menarik tentang rapuhnya partai sebagai kekuatan politik. Menjadi mudah tersandera, terbeli atau terkuasai. Partai menjadi bayang-bayang orang, bukan sebaliknya.
Kini Partai Golkar dirugikan oleh profil dan kapasitas Bahlil. Ia Menteri kontroversial yang dapat membuat Partai Golkar terombang ambing dan tidak berwibawa. Sejak dugaan jual beli izin tambang, menyebut tenaga kerja lokal tidak berkualitas, konflik Rempang, aplikasi OSS sebagai mobil rusak, dugaan konsumsi miras 38 juta, doktor bermasalah hingga penumbangan Airlangga dan skandal elpiji 3 Kg.