Ada beberapa sifat istidraj yang perlu dihindari kaum muslim, bahkan harus dijauhi. Kenapa demikian dan apa alasannya?
Dalam Islam, istidraj dipahami sebagai ‘hukuman’ yang diberikan Allah kepada hamba-Nya sedikit demi sedikit dan tidak diberikan langsung. Allah memberikan kenikmatan dunia yang berlimpah, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat.
Istidraj secara bahasa diambil dari kata da-ro-ja (درج) yang artinya naik dari satu tingkatan ke tingkatan selanjutnya. Sedangkan secara istilah (terminologi), istidraj berarti kenikmatan bersifat materi yang diberikan kepada seseorang yang secara lahir semakin bertambah, tetapi kenikmatan yang bersifat immaterial semakin dikurangi atau dicabut, sementara ia tidak merasa sama sekali.
Sehingga, apabila seseorang mendapatkan kenikmatan berupa kesehatan, kesempatan dan kelapangan rejeki yang melimpah dan semakin bertambah, tetapi tidak dibarengi dengan perilaku syukur atas kenikmatan tersebut, tetapi sebaliknya ia semakin kufur dan lupa kepada Dzat Pemberi nikmat, maka sesungguhnya yang demikian disebut istidraj.
Peringatan istidraj ini terdapat dalam firman Allah SWT
فَلَمَّا نَسُوۡا مَا ذُكِّرُوۡا بِهٖ فَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ اَبۡوَابَ كُلِّ شَىۡءٍ ؕ حَتّٰٓى اِذَا فَرِحُوۡا بِمَاۤ اُوۡتُوۡۤا اَخَذۡنٰهُمۡ بَغۡتَةً فَاِذَا هُمۡ مُّبۡلِسُوۡنَ