Kartini Bukan Model dan Peragawati, Jadilah Perempuan Indonesia Cerdas dan Kritis

oleh -22 views

Oleh: TM. Jamil, Dr, Drs, M.Si, Associate Professor, pada Sekolah Pascasarjana, USK, Banda Aceh

Selamat Hari Kartini 21 April 2025

“Wanita dijajah pria sejak dulu,” begitu sebaris syair lagu ciptaan Ismail Marzuki berjudul “Sabda Alam” yang dinyanyikan Rien Djamain. Syair lagu ini seolah menjustifikasi, menjadi dalih lebih tepatnya, bahwa di negeri ini perempuan belum sepenuhnya merdeka, seperti yang dicita-citakan Raden Ajeng Kartini. Benarkah demikian?

Nasib wanita memang seperti tidak pernah habis diperbincangkan sepanjang zaman. Terutama pada saat perayaan hari Kartini. Emansipasi perempuan yang dicita-citakan Kartini adalah kesamaan derajat, martabat perempuan dengan laki-laki agar tidak selalu hanya menjadi objek seksual laki-laki.

Cita-cita yang dimaknai oleh kaum feminis sebagai kesetaraan gender. Pemaknaan ini yang kemudian melahirkan gerakan-gerakan teologi feminis yang berjuang diterapkannya kesetaraan gender yang equal.

Sebenarnya, gerakan teologi feminis adalah gerakan yang tidak konsisten, sering berubah-ubah. Saat ini, gerakan ini mulai ‘merambah’ ke hal-hal yang sudah mapan dan memiliki ‘pakem’ sunatullah (kodrati).

Misalnya, menuntut agar wanita tidak dianggap lemah (selalu dilindungi), ngotot menghapus lembaga perkawinan, ngeyel minta disahkan pernikahan sejenis, dibebaskan dari ‘beban’ ngurus anak, bahkan menuntut dapat menjadi imam shalat di masjid. Wow…

No More Posts Available.

No more pages to load.