PUISI UNTUK BAPA YANG SEKARANG SENG TAU ADA DI MANA
Dari kursi empuk yang perkasa
Bataong-taong katong gelisah seng berdaya
Katong buang suara, percuma
Mengeluh, sia-sia
Katong mau mengadu lai par sapa
Selain orang yang katong percaya padamu bapa
Beta menulis ini karena beta gelisah
Rakyat Jazirah Leihitu gelisah saban waktu
Para pengendara menderita setiap kali lewat jembatan itu
Waktu bapa nae panggung
Katong samua taru harapan
di bapa pung punggung
Katong samua baharap bapa mampu
Membayar katong samua pung keluh
Di atas kursi empuk nan perkasa yang bapa duduki
Katong baharap bapa bisa tebusi janji
Katong baharap bahwa bapa
bisa lia katong yang ada di bawah
Waktu Katong lia bapa dari bawah,
di saat bapa bicara banya di lapangan merdeka
Katong berdoa par yang maha kuasa
Supaya bapa bisa dapa jabatan
yang biking bapa bahagia sebagai jembatan
Tapi di saat bapa su bahagia
katong barasa bapa su lupa katong
yang sekarang dalam keadaan sengsara
Katong barasa kayak bapa ada tatawa
di atas katong pung luka-luka
Manari di saat katong talang pahitnya air mata
Puisi ini beta tulis untuk bapa yang seng tau sakarang ada di mana
Beta harap dari puisi ini
Bapa bisa datang mengente katong rakyat Jazirah kembali
Yang sekarang ini terpaksa harus menelan pahitnya air mata
Sakinya duka lara yang manucu di dada
Bapa, katong rakyat Jazirah
Balom merdeka dari luka deng gelisah
Bapa, mare datang dolo ka Jazirah
La hibur katong dari gelisah karena sengsara
Luka karena su terlanjur percaya
Bapa, beta tulis puisi ini deng air mata
supaya bapa bisa baca, bapa bisa barasa
katong rakyat jazirah pung sengsara
Tahoku, 11 Januari 2021
========
LAGU-LAGUMU MENGUSIR SEPI
Lagu-lagu yang pernah kau nyanyikan di waktu senja
hingga laut pasang surut akan kudengar kembali– menjadi teman sejati
bila rindu sudah semakin bergemuruh.
Tarian anak-anak di pantai saat ombak menepi
Sayup-sayup angin saat musim timur berdesir
Hingga senja datang lagu-lagu indahmu masih saja yang jadi juara
Bila sepucuk rindu sudah menginginkan peluk
Maka kudengar kembali lagu-lagu yang pernah kau nyanyikan tempo dulu
tuk menghibur diri jauh sendu
karena lagu-lagumu lebih setia dari bayanganku sendiri
Dalam sendiri nan sunyi
Musikmu lebih peduli mengusir sepi
kala ramai hanya sekedar mimpi
Tahoku, 22 Januari 2021
==========
BERSUARALAH ANAK MUDA
Bersuaralah anak muda
Bersuaralah
Karena suaramu harus didengar
Oleh orang yang tertutup lubang telinganya
Bersuaralah anak muda
Karena suaramu dapat menjadi tangan
Dapat menjadi jembatan
Untuk Orang-orang
yang meminta pertolongan
Bersuaralah
Karena tanpa suara
Para boneka negara
Menganggap kau anak muda tak berguna
Bersuaralah
Karena tanpa suara
Dunia tak akan ada perubahan apa-apa
Tahoku, 25 Januari 2021
========
SEBAB AYAH
Aku banyak belajar dari ayah
Yang dibesarkan dari tanah-tanah tandus
kemudian berganti hijau terurus
Hutan sudah menjadi teman sejalan
Separuh hidupnya ia bahukan
pada tanaman yang tumbuh
dari keringatnya sendiri
Bila kau melihat banyak sayur di pasar
Banyak buah-buahan di pasar
Itu bagian dari perjuangan ayah yang tegar
Sebab di dada ayah nasib baik tumbuh begitu subur
Tahoku, 25 Januari 2021
========
DI PANTAI YANG RAMAI
Menjelang senja meronakan semesta
Burung-burung saling bersahutan memanggil
pulang teman-temannya yang bekerja mengisi dulang
Namun dalam kepulangan, kau pengunjung
di sepanjang tanjung dan dalamnya teluk
kau tak menemukan sunyi dan hening
karena ramai dengan muda kau temui
di pantai yang kau kunjungi
Di pantai yang ramai
Bukan saja tempat kau bersantai
Melainkan gelisahmu pergi berganti damai
Tersapu merdu gemuruh ombak
dan sejuknya angin pantai
Tahoku, 25 Januari 2021
======
Firman Wally pria kelahiran Tahoku 03 April 1995. Lulusan Universitas Pattimura Ambon jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia. Puisi-puisinya sudah termuat di berbagai antologi bersama, seperti Kutulis Namamu di Batu, Puisi Negeri Sawit, Gus Punk, Sajak-Sajak Pahlawan, Bulan-Bulan Dalam Sajak, Kita Adalah Indonesia Seri 2, Dongeng Nusantara Dalam Puisi, Menenun Rinai Hujan Bersama Eyang Sapardi, Tanah Bari, Pasaman, Pendemi Puisi yang di selenggarakan oleh DAPUR SASTRA JAKARTA, Corona mencatat peristiwa negeri bersama LUBUNG PUISI SASTRAWAN INDONESIA VIII, Dari Negeri Poci 10 “Rantau”, Mendaki Langit Pasak Bumi, Antologi Pantun Nasihat 1000 guru Asean dll. Sebagai pemenang kedua dalam lomba menulis puisi yang diselenggarakan oleh PAPARISA SASTRA NUSA INA, puisi-puisinya pernah dimuat oleh redaksi APAJAKE, Salmapublishing, Poros Timur dll. Kini aktifitasnya sebagai pengajar di SMA Negeri 27 Maluku dan di MA Nurul Tsaqalain Hila.
ig: firmanwally02
Wa: 081240039343