Cerpen Karya: Desri Zaharani
PADA suatu hari di tepi danau disaat senja, ada dua atma yang sedang tertawa bagaikan atma paling bahagia di semesta.
Mereka Bumantara dan Syeira. Sepasang kekasih yang selalu ingin bersama hingga selalu tutup mata pada kenyataan bahwa mereka dua atma yang kepercayaannya saja berbeda. Sudah pasti tidak bisa bersama.
Awal mula kisah mereka yaitu pada saat Syeira terjatuh dari sepedanya. Bumantara yang melihat Syeira terjatuh langsung mendatanginya dengan raut muka khawatir luar biasa.
Entah bagaimana ceritanya, mereka menjadi dua atma yang saling memberi cinta dan berbagi harsa tanpa saling tau atau bahkan saling bertanya agama yang Bumantara dan Syeira percaya itu apa.
Hingga suatu hari disaat mereka sedang berbagi rasa bahagia diiringi canda tawa di taman bunga, adzan berkumandang dengan indahnya. Disaat mendengar itu, Syeira mengajak Bumantara pergi ke masjid di sekitar mereka. Alangkah terkejutnya Bumantara saat mendengar ajakan Syeira. Jarinya bergetar, aksanya berkaca-kaca, bahkan berbicara satu patah kata pun rasanya tidak bisa. Bumantara nelangsa, dipikirannya hanya ada satu tanya “apakah semesta sedang bercanda?”.
Sedangkan Syeira dilanda perasaan bingung yang teramat sangat saat mendengar ekspresi Bumantara. Otaknya penuh akan tanya “Bumantara ini kenapa?”.
Setelah hening melanda lima belas menit lamanya, Syeira memutuskan untuk angkat suara lalu bertanya pada Bumantara “kamu kenapa?”
Selasai Syeira bertanya, Bumantara sadar dari keterkejutannya. Lalu Bumantara menjawab pertanyaan Syeira dengan suara yang sedikit bergetar “Syeira, aku tidak melaksanakan ibadah yang sama seperti kamu setelah adzan itu dikumandangkan”
Syeira terdiam seribu bahasa. Syeira masih tidak percaya dengan yang ia dengar dari mulut Bumantara. Syeira bertanya kembali dan jawabannya masih sama. Syeira nelangsa, seperti yang dirasa Bumantara.
Taman bunga yang tadinya terisi suara tawa bahagia Bumantara dan Syeira kini tergantikan oleh semesta yang berbicara tanpa bersuara dengan cara mendatangkan hujan secara tiba-tiba lalu menciptakan bianglala setelahnya.
Bumantara dan Syeira masih belum beranjak dari tempat duduknya. Padahal tubuh mereka sudah basah karena hujan tadi. Hingga akhirnya Bumantara melihat ke arah Syeira lalu dengan lancangnya mendekap tubuh Syeira dengan dekapan hangatnya. Mereka menangis dalam dekapan yang kian mengerat.
Setelah tangisnya sama-sama mereda, Syeira melepaskan dekapannya lalu bertanya pada Bumantara “mau diapakan kisah kita?”
“Mari kita juangkan sama-sama” jawab Bumantara dengan bodohnya.
Hari-hari berlalu, Bumantara dan Syeira menjalani kisah mereka seperti biasa dengan bahagia yang luar biasa terasa. Seakan-akan hari itu tidak pernah terjadi dan seakan-akan tidak ada tembok besar diantara keduanya.
perbedaan diantara keduanya diketahui oleh ibu bapak Bumantara dan ibu bapak Syeira. Keduanya dipisahkan, dipaksa usai padahal rasanya tidak ingin selesai. Mereka hanya manusia biasa, mau melawan kuasa semesta ya tidak bisa.
Pada akhirnya kisah Bumantara dan Syeira tidak mungkin bisa berjalan. Layaknya nabastala dan bentala, Bumantara dan Syeira adalah dua daksa dan atma yang tak diizinkan semesta untuk bersama. (*)