Andre yang semula diminta papanya untuk memengaruhi Alin justru terjebak pada satu kenyataan bahwa Islam agama yang universal tidak membeda-bedakan pemeluknya dan memiliki toleransi yang tinggi. Terlebih melihat perangai Alin yang mencerminkan amaliyah seorang muslimah. Tak hanya itu, mereka sering terlibat perdebatan sengit yang tentunya tidak bisa dibantah oleh Andre. Hingga suatu hari akalnya menerima logika sederhana tentang konsep ketuhanan dalam Islam dari surat Al-Ikhlas. Logikanya tidak bisa membantah dan ia memutuskan untuk bersyahadat tanpa sepengetahuan orangtuanya. Jamaah masjid di kampus mereka menjadi saksi Andre menjadi seorang muallaf.
Perubahan perilaku Andre akhirnya menarik perhatian papa dan anggota keluarga lainnya. Dalam pandangan mereka Andre lebih pandai mengendalikan marah dan yang paling mencolok dia tak pernah lagi pulang malam dalam keadaan mabuk. Tanpa sengaja papa dan mamanya mengetahui Andre telah menjadi muallaf. Hal itu, tentunya membuat papa dan mamanya kecewa. Namun, mereka tak berdaya. Andre membuat logika mereka berhenti yang membenarkan setiap penjelasannya tentang keesaan Allah.
Tepat pada hari ulang tahunnya yang ke-20. Papa dan mama mereka menyampaikan niat mereka untuk menjadi muallaf. Alin bersujud. Tiada lagi penghalang antara ia dan keluarganya. (*)