@porostimur.com | Vatikan: Foto-foto mahasiswi Muslim asal Semarang mendadak mendunia setelah bersalaman dengan Paus Fransiskus. Orang itu adalah Dewi Praswida yang saat itu mendapat beasiswa Nostra Aeteta Foundation di Vatikan. Dewi sendiri tak menyangka bahwa ia bisa bertemu dan bersalaman dengan pemimpin Gereja Katholik sedunia tersebut.
Dewi yang sudah lama belajar tentang toleransi antar umat beragama dalam komunitas Gusdurian, mempunyai impian membawa pesan damai antar umat beragama khususnya masyarakat Indonesia.

Namun tampaknya foto-foto saat Dewi bersalaman dengan Paus Fransiskus menimbulkan pro-kontra. Banyak orang yang mengkritik Dewi karena bersalaman dengan yang bukan muhrim hingga menaruh curiga pada Dewi bahwa ia telah dikristenisasi.
Dilansir dari VOA Indonesia, tahun 2018 Dewi pernah bersalaman dengan Paus Fransiskus dalam sebuah pertemuan orang muda sedunia di Vatikan.
Pada tahun 2019, Dewi kembali bertemu dengan Paus usai menyelesaikan program beasiswa Nostra Aeteta Foundation beberapa waktu lalu.
Dewi merasa beruntung bisa bertemu kembali dengan Paus bahkan sempat berbincang singkat. Sebelumnya Dewi sudah menghafal apa yang akan disampaikannya saat bertemu Paus dalam bahasa Itali.
Namun karena gugup dan terkesima, Dewi hanya berbincang singkat dengan memperkenalkan dirinya sebagai umat Muslim dari Indonesia dan meminta Paus untuk mendoakan perdamaian di Indonesia.
Para wartawan sempat mengabadikan momen Dewi saat bersalaman dengan Paus. Foto-foto menyentuh tersebut tak disangka bisa mendunia.
Setelah menyelesaikan Strata satu di Universitas Semarang, kini Dewi melanjutkan S2 di Unika Soegijapranata. Ketertarikannya terhadap studi lintas agama mengantarkan Dewi mendapat beasiswa di Vatikan.
Selama 6 bulan di Vatikan, Dewi bertemu dengan berbagai pemeluk agama dari seluruh dunia dan menghadiri kelas-kelas dialog lintas agama.
Dewi mengambil kelas Theology in Contrastyang mana seluruh peserta adalah seorang pastur dan suster. Meskipun satu-satunya orang Muslim di kelas tersebut, Dewi mengaku mendapat perlakuan yang sangat baik. Bahkan saat ini pastur dan suster-suster tersebut menjadi teman dekatnya.
Isu-isu studi lintas agama memang masih sangat sensitif di Indonesia. Dewi pun tak luput dari kritikan masyarakat. Banyak orang yang menaruh curiga bahwa Dewi telah dikristenisasi.
Ada pula yang mengkritik Dewi bersalaman dengan yang bukan muhrimnya. Namun daripada menanggapi kritikan tersebut satu per satu, Dewi lebih memilih diam.

Dewi juga berharap untuk bangsa Indonesia supaya selalu menjaga toleransi antar umat beragama. Dan juga menghindari perbuatan-perbuatan yang memicu perpecahan.
Pola pikir Dewi dalam menyikapi perbedaan patut dijadikan contoh oleh masyarakat Indonesia. Berteman dan berdiskusi dengan pemeluk agama lain lantas tak akan membuat keimanan seseorang goyah.
Tampaknya dialog-dialog lintas agama bisa lebih sering diadakan di Indonesia, supaya masyarakat bisa semakin menjunjung tinggi toleransi antar pemeluk agama. (red)