Oleh: Mansyur Armain, Jurnalis dan Anggota Fospar Malut
Langit hitam. Awan tebal berkumpul, pertanda hujan akan turun. Tahun ini, cuaca tak bersahabat. Matahari kehilangan cahaya dan senja tertidur bersama sarangnya. Sementara laut, gelombang, dan angin terus berusaha mengadang setiap langkah manusia. Setiap saat. Sepanjang hari.
Seperti waktu yang berputar tak mengenal musim itulah, mengapa saya harus menyeberang lautan untuk bertemu korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) bernama Nona Hamid di Desa Bale, Kecamatan Oba, Kota Tidore Kepulauan
Kabar itu, saya dapat dari seorang teman saya, Ibu Dila yang masuk ke pesan WhatsApp grup Forum Studi Perempuan (Fospar) Maluku Utara.
Setelah mendapat informasi tersebut, teman-teman pengurus Fospar mengambil langkah cepat. Mereka mendiskusikan tentang kasus secara bersama-sama. Hasilnya, saya diutus untuk berangkat ke Desa Bale guna menginvestigasi kasus KD
“Ul boleh turun ke Desa Bale,” tanya Kak Yani.
“Dengan waktu yang tersedia, saya bersedia turun ke Desa Bale,” jawab saya.
Speadboat melaju dengan cepat membawa 14 penumpang dari pelabuhan speadboat Tidore ke Sofifi. Hampir sejam di atas lautan, saya pun tiba di Sofifi pukul 11:00 WIT dengan menumpang sepeda motor beberapa meter, saya mencegat mobil warna silver dengan tujuan ke Polsek Oba. Om sopir berhenti