Jokowi diusulkan (oleh PSI yang ketua umunya anak kandungnya) memimpin koalisi besar partai politik, Jokowi bernafsu ingin menjadi Ketua Umum Golkar dan Jokowi juga menginginkan cawapres terpilih (anak kandungnya juga dan lagi-lagi dari proses cacat hukum, kecurangan dan kejahatan pemilu).
Semua ambisi Jokowi itu mendapat resistensi dan mulai terpatahkan, manuver itu disinyalir oleh gerakan dan pengaruh Prabowo melalui kekuatan partai politik dan parlemen yang salah satu irisannya yakni Gerindra ditentukan Prabowo. Bukan sekedar perang dingin, antara Jokowi dan Prabowo sudah mulai adu siasat dan saling menjatuhkan.
Perceraian dari hubungan gelap dan tidak saling mencintai yang sesungguhnya antara Jokowi dan Prabowo terbuka lebar. Jokowi terus diselimuti keraguan untuk memberikan kepercayaan penuh kepada Prabowo untuk keamanan dan keselamatan dirinya, keluarganya dan “legacy”kepemimpinannya.
Prabowo juga merasa dirugikan dan terperosok ke dalam lumpur dosa politik dinasti dan distorsi kekuasaan Jokowi meski ia pernah menjadi oposisi dan ada di dalamnya. Keduanya bagai memakan buah simalakama karena kebersamaaannya. Jokowi haus kekuasaan untuk cari aman dan selamat, begitupun sebaliknya Prabowo. Antara Jokowi dan Prabowo benar-benar telah terjebak permainan dunia yang fana dan melelahkan, sibuk mengejar kekuasaan, jabatan dan harta.