Oleh: Haz Pohan, Pemimpin Redaksi KBA News
DUA hari setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan kemenangan pasangan Prabowo-Gibran dengan persentase yang signifikan sekitar 58%, reaksi beragam muncul dari pendukung pasangan lawannya, terutama Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud MD. Kejutan ini menimbulkan pertanyaan krusial: apakah dengan pengumuman ini, pertarungan politik dalam Pemilihan Presiden telah selesai?
Teman-teman, emak-emak, para relawanpun sampai bertanya, apakah Surya Paloh sudah menyerah dan meninggalkan Anies-Mugaimin, mengikuti gaya Prabowo di tahun 2019?
Keputusan KPU bukan hanya mengakhiri kompetisi elektoral di tingkat awal, tetapi juga membuka babak baru dalam dinamika politik Indonesia dalam beberapa bulan ke depan, jelas saya.
Meskipun Prabowo-Gibran dinyatakan sebagai pemenang, hal ini tidak serta-merta menyelesaikan persoalan politik yang ada. Malah kini kita berada pada titik di mana pertarungan politik memasuki fase yang lebih kompleks dan dinamis.
“Dan, sepenglihatan saya, malah membuka kans koalisi perubahan yang menguntungkan, baik dalam jangka pendek memenangkan capres tetapi juga dalam jangka-panjang, agenda perubahan mendasar di negeri ini, terutama setelah hampir 10 tahun diacak-acak oleh rejim pro-oligarki,”