Beberapa kali Farhan menanyakan ayahnya pada Murni. Namun, mamanya selalu mengalihkan perhatiannya. Setiap kali Farhan menanyakan ayahnya, Murni mengajak farhan jalan-jalan dan menuruti semua yang dimintanya. Hingga suatu hari Murni mengatakan bahwa ayahnya telah meninggal. Murni berpikir dengan begitu Farhan akan berhenti menanyakan Alfin. Namun, tidak selamanya Murni bisa berbohong.
Langit cerah meskipun halaman di luar masih basah karena hujan semalam. Farhan telah berpakaian rapi. Ia mengenakan pakaian adat yang telah disewa mamanya kemarin sore. Hari ini sekolah Farhan mengadakan pawai dalam rangka menyambut tahun baru hijriyah. Kegiatan itu diikuti dengan pemberian santunan pada siswa siswi yatim. Farhan yang merasa bahwa dirinya yatim memasuki ruang kelas tempat acara santunan diadakan bersama anak-anak yang lain. Setelah bershalawat dan berdoa bersama santunan dibagikan. Namun, Ustadzah Nur wali kelasnya menggandengnya keluar ruangan. Ustadzah Nur mengantar Farhan menemui Murni. Murni meminta maaf pada Ustadzah Nur.
“Ma, Farhan kok gak dapat santunan. Farhan kan gak punya ayah.”,tanyanya polos.
Seorang wanita di sebelah mereka nyeletuk, “Farhan kan masih punya ayah. Jadi, Farhan gak dapat santunan.”
“Ayah Farhan sudah meninggal, Te. Mama yang bilang.”, ucap Farhan. Wanita itu baru menyadari kalau Farhan tidak tahu perihal perceraian orangtuanya.
“Mari, Bu! Saya duluan.”, kata Murni menggandeng Farhan menjauhi wanita tersebut. Sementara itu Farhan masih protes pada mamanya karena tidak mendapat santunan.