Badai Belum Berlalu

oleh -181 views

“Allahu akbar!.”, kembali Murni berteriak.
“Keluaaarr!”, teriak Farhan. Ia mendorong Murni dengan kakinya.
“Astaghfirullah, Farhan…” teriaknya.
“Keluaaaarrrr!!”, sekali lagi Farhan berteriak keras sambil mendorong Murni dan membanting pintu kamar.

Murni terisak di depan pintu kamar. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Diambilnya air wudlu kemudian sholat maghrib dengan terisak. Setelah sholat Murni mengetuk pintu kamar.

“Farhan! Farhan! Bukakan pintu, sayang! Mama mau ambil baju.”, ucapnya merayu.
“Farhan… kamu belum sholat maghrib kan?”, ulang Murni.
“Braakkk … Braaakkk … Braakkk.”
Murni kembali tersentak. Spontan ia berkata, “Kamu selalu begitu. Kalau tidak dituruti selalu merusak. Ada saja yang kamu rusak. Harusnya kamu mengerti posisi mama. Mama itu cari uang sendiri. Berangkat pagi pulang sore setiap hari.”
“Diaaammmm. Braaak… Braaakk… Braaak….”

Baca Juga  BKPPD Halsel Panggil Camat dan Sekcam Kepulauan Joronga

Tangis Murni pecah. Ia menggedor pintu kamar. Farhan semakin menjadi. Kakinya menendang almari dengan keras.
“Iya, iya, mama akan belikan laptop. Tapi tidak hari ini. Mama belum pegang uang.”, kata Murni akhirnya. Niatnya untuk mengulur waktu ternyata justru membuat Farhan marah besar.
“Gak percaya. Mama pasti bohong.”, teriak Farhan.
“Mama gak bohong.”, kata Murni berusaha meyakin Farhan.
“Tapi mama bilang, kalo gajian, mama belikan Farhan laptop. Sekarang sudah tanggal 27. Mama gak pikun kan?”, ucap Farhan kasar.
“Iya. Tapi gaji mama gak cukup. Mama harus pinjam koperasi.”, jawab Murni masih terisak.
Farhan akhirnya membuka pintu kamar dengan kasar.
“Awas kalo bohong. Dulu mama bilang ayah sudah meninggal. Kenyataannya ayah masih hidup. Mama itu pembohong.”, bisik Farhan pada Murni sebelum keluar kamar sambil menunjuk muka Murni. Murni mengelus dadanya. Almari di sudut kamar menganga memperlihatkan bajunya yang berantakan. Tidak ada pilihan lain kecuali segera memenuhi permintaan Farhan. (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.