Cerpen Karya: Varla R. Dhewiyanty
Aku hilang, Yos. Sejenak. Mungkin memang sudah seharusnya begitu. Aku pergi ke minimarket karena pasta gigi sudah habis. Juga karena terus berada di dekatmu rasanya begitu menyesakkan.
Kutempelkan catatan yang baru saja kutulis di pintu kulkas. Mungkin kau akan menganggapnya berlebihan dan menyebalkan. Namun tak apa. Setelah tahun keenam pernikahan, kau harusnya tahu kalau aku memang suka bicara dalam kalimat-kalimat panjang yang memusingkan kepala.
Ibu bilang waktu kecil aku anak yang pendiam, lalu segalanya berubah sejak Ayah pergi dari rumah. Menurut kesaksian Ibu, sejak hari itu aku jadi sangat gemar berbicara sampai-sampai Ibu sering berteriak menyuruhku diam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aku tak pernah bilang pada Ibu bahwa rumah jadi begitu sunyi sejak Ayah pergi. Jadi kuisi seluruh rumah itu dengan kata-kata, sampai jejak yang Ayah tinggalkan tak bersisa lagi.
***
Ini malam bulan purnama dan berjalan menyusuri trotoar menuju minimarket ternyata cukup menyenangkan. Udara malam mampu melegakan dadaku yang terasa sesak seharian ini. Sekali-kali aku berpapasan dengan manusia-manusia lain.
Terkadang yang berpapasan denganku adalah seorang ibu dan anaknya. Terkadang pula ia remaja penyendiri berjaket tudung yang asyik menatap layar gawainya sembari berjalan…atau seorang pria tua dengan tatapan mata yang memancarkan kesepian.