Cerpen Karya: Anindita Sitaresmi
Dua belah bibir bisa berkata iya tetapi dalam lubuk hati tidak bisa dibohongi. Seketika saat itu juga ia teringat pada serpihan memori, memori kelam. Sekelam manik hazel itu menatap kosong lurus ke depan saat ini. Kenangan pahit mendalam yang tak akan pernah terlupakan seumur hidupnya.
Sejenak ia berusaha menatap seseorang yang sedang berada dihadapannya. Berusaha agar tetap terlihat tegar dan kuat.
Gadis itu menundukkan kepalanya, perlahan ia mulai menitikkan air matanya dan terisak dalam diam. Angga sadar akan hal itu. Ada setitik rasa bersalah ketika ia berkata seperti itu barusan. Angga merangkul pundak gadis itu, dan menyandarkan kepala pada pundaknya, mengelus pelan surai lembutnya berusaha untuk menenangkan,
Sejujurnya Angga tidak terlalu tahu harus melakukan apa untuk menghibur orang yang sedang sedih. Ini juga kesalahannya, ia tidak berpikir hal itu akan membuat gadis dihadapannya teringat kembali.
Sesuatu hal yang sangat menyayat hati bagi gadis itu, tapi bukan berarti hal itu menjadi penghambat untuknya melupakan yang lalu. Aluna Divya Saskara namanya, nama yang cantik. Surai hitamnya yang bergelombang menambah kesan anggun di dalam dirinya. Usapan halus tak berhenti terasa. Dalam keheningan dengan hembusan angin yang sejuk dibawah pohon rindang menyapu kulit. Helaian surainya tak berhenti bergelantung indah menutupi samar wajahnya. Hanya hembusan angin yang kuat membuat dedaunan menari nari diatas batangnya.