“Kepulauan Sula, Menelusuri Jejak dan Identitas.” (Merekonstruksi Memori Kolektif)

oleh -678 views

Oleh: Syaiful Bahri Ruray: Politisi dan pemerhati budaya

The struggle of man against power
is the struggle of memory against forgetting.
(Milan Kundera).

Prolog

Setiap generasi menuliskan sejarahnya sendiri, kata Henry Morse Stephen di dalam
tulisannya, “Nationality and History” yang dimuat di The American Historical Review volume 12, terbitan 1916. Kata Henry, setiap orang dari generasinya melihat sejarah dengan cara dan sudut pandang masing-masing. Demikian pula dengan sejarawan, hampir pasti dipengaruhi oleh semangat zaman yang sedang berlaku semasa hidupnya. Adalah tugas kita generasi sekarang, untuk menerjemahkan, dan melihat kontekstualitas sejarah masa lalu tersebut secara objektif dan akurat, agar dapat menyimpulkan momentum historis masa lalu, demi kepentingan masa kini dan prediksi masa depan. Karena tanpa sejarah, manusia atau masyarakat akan kehilangan identitas diri (lost of indentity) dan sekaligus dimensi futuristiknya.

Tanpa memahami masa lalu dengar benar, kita akan kehilangan masa kini, sekaligus masa depan. Filsuf Spanyol George Santayana menyebutkan: a country without memory is a country of madmen, sebuah negeri tanpa memori adalah negerinya orang gila.
Sejarah, dalam konteks ini, tentu harus dibedakan dengan mitologi dan cerita rakyat biasa yang tidak dapat ditelusuri baik dokumen, artefak, maupun bukti arkeologis lainnya.

No More Posts Available.

No more pages to load.