“Kepulauan Sula, Menelusuri Jejak dan Identitas.” (Merekonstruksi Memori Kolektif)

oleh -691 views

Administrasi pemerintahan Sula memang meliputi seluruh kepulauan Sula yang mencakup Pulau Taliabu, Sehu, Bawana, Jeni, Limbu, Daluma, Aru, Sano, Mangkololi, Tunasim, Matete, Damain, Tabalami, Ketup, Makanateh, Nusa Hai, Nusa Mehuju, Aala, Sarumbah, Pasikaya, Tuntangan, Lahi, Penu, Sula Mangoli, Tubulu, Paskoro, Sulabesi, Lifa Matula, Pagama, dan dua pulau lainnya yang tak bernama.

David T. Baldwin (1991) juga menulis tentang ritual leadership masyarakat Talibau. Catatan mana di kutip dari tulisan A.H. Jansen (1914) yang sempat menungjungi Taliabu dan melihat circumcision festival (pesta sunatan) melalui tradisi mangkanou di Wayo Nangu Haya bagi anak perempuan dan lelaki pada usia enam tahun.

Taliabu disebut memiliki delapan soa dimana pada tradisi mangkanou ini, sekaligus dijadikan
sebagai upacara adat untuk mempererat kekerabatan antara delapan soal tersebut.

Baca Juga  Buka Rapat Harmonisasi Ranperbup Malra, Kadiv Yankum Harap Produk Hukum Berdampak Bagi Masyarakat

Tradisi ini dipusatkan di rumah Adat.10
Disamping itu, ada juga masyarakat Bajoe, sering disebut Orang Bajo, yang dipimpin kepala kampungnya sendiri yang disebut Punggawa. Mereka sehari-harinya adalah nelayan tradisional penghasil ikan, teripang, dan agar-agar. Suku Bajo mendiami pesisir utara Sulabesi, yakni Pohea dan Kambawa.

Link Banner

Selain mendiami Sula, Pulau Limbo di Taliabu, Orang Bajoe juga dapat ditemui di Bajo Sangkoang, Pulau Bacan, dan pesisir Kepulauan Kayoa, di Pulau Sulawesi
hingga Kepulauan Riau. Mereka adalah Sea-Nomad, yang tersebar dari Thailand, Malaysia,
Brunei, hingga Filipina Selatan. Disamping itu, ada juga masyarakat Alifuru, yang sering
melakukan barter perdagangan dengan masyarakat pesisir. Kampung mereka ini memiliki rumah-rumah kecil yang disebut Sania.

No More Posts Available.

No more pages to load.